Kamis, 10 Juli 2008

Brasil



DIRAMPOK SESUDAH BERSENANG-SENANG

Dua kali ke Brasil, dua pengalaman berbeda. Yang pertama (2003) saya bersama Pastor Frans Vermeulen, saat menghadiri Rapat Akbar (General Chapter) di Mario Campos, Belo Horizonte, MG. Kami berangkat beberapa hari lebih awal. Kami tidak langsung ke tempat tujuan melainkan melancong ke Sao Paolo dahulu. Di sana kami dijamu oleh pak Hasan, seorang pengusaha sukses asal Bandung, kawan karib Pst. Vermeulen.

Bapak keturunan Tionghoa ini sudah lama menetap di Sao Paolo, Brasil. Bapak ini mensponsori kami berdua berwisata ke air terjun IguaƧu di kawasan hutan dan sungai Amazon. Selanjutnya pak Hasan yang dermawan ini mengajak kami pelesir ke Rio de Janeiro. Selama 5 hari kami menjadi tamu istimewa pak Hasan. Sesudahnya, barulah kami meluncur ke kota Belo Horizonte di wilayah Minas Gerais untuk rapat. Peserta rapatnya adalah perwakilan OSC dari seluruh dunia.

Pada hari Minggu kedua, sesudah makan malam, sebagian dari kami (termasuk saya) nonton film My Big Fat Greek Wedding (2002) yang amat lucu di Aula. Sebagian peserta masih belum kembali, melancong di kota. Ada beberapa peserta yang bersantai di kamarnya. Saat film sedang lucu-lucunya, masuklah seorang pemuda, ceking, bertopi dan berpistol. Dia masuk dengan tenang dan mengawasi kami dengan tenang pula. Kamipun terus menyaksikan film, tidak terlalu memperdulikan pemuda ini, meski merasa sedikit janggal.

Beberapa menit kemudian, kawan-kawan kami yang berada di kamar, digiring satu demi satu dengan pistol menempel di kepala, masuk aula. Barulah kami insyap bahwa sedang terjadi perampokan. Ternyata ada 3 bandit yang datang, semua bersenjata. Dari Aula, kami diperintahkan pindah ke sebuah ruangan yang lebih kecil dan dikunci dari luar. Seorang kawan kami, Huub Wagemans (orang Belanda) lantaran dianggap rewel, dipukul dan dihajar sampai babak belur. Darah mengalir deras dari wajah dan bibirnya yang pecah, membasahi pakaiannya yang berwarna putih. Nyali kamipun langsung menjadi ciut mendengar jeritannya yang menyayat hati.

Pada saat kami berada dalam ruangan terkunci, para bandit dengan leluasa menjarah semua harta benda kami: uang, laptop, kamera bahkan juga paspor. Saya pribadi sedikit tersinggung. Soalnya, si bandit sudah sempat mengambil kamera saya, tapi mencampakannya kembali ke atas kasur, tidak jadi diambil………dianggap kamera murahan!!

Berita perampokan tersebar cepat. Esoknya, sejumlah polisi datang untuk melakukan investigasi dan pendataan. Selain polisi, datang juga crew sebuah stasiun televisi untuk meliput dan mewawancarai sebagian dari kami. Sesudah segala urusan beres, rapat tetap diteruskan sesuai agenda, meski beberapa masih syok.

Selesai rapat, kami sekali lagi diundang pak Hasan yang mendengar berita pilu perampokan. Dia ingin menghibur kami. Pak Hasan mengajak kami pelesir dengan kapal pesiar ke danau Bara Bonita, sekitar 3 jam dari Sao Paolo. Perjalanan di kapal pesiar sambil menikmati santap siang spesial membuat kami amat bahagia, tapi tetap tidak bisa melupakan para bandit sialan itu….!

Perjalanan kedua ke Brasil (Juni 2006) juga untuk rapat. Saya berangkat bersama James Hentges dari Roma. Kali ini tidak ada perampokan. Jadi, tidak ada yang menarik untuk diceritakan…

Heri Kartono.

5 komentar:

Heri Kartono mengatakan...

Susah untuk berpotret sendirian di bawah patung Yesus yang terkenal itu. Terpaksa berpose di tengah kerumunan turis yang juga saling bergaya. Gaya orang Brebes dimana-mana sama, kampungan, melambaikan tangan...
HK.

Unknown mengatakan...

hehehe... romoooo... lucu banget deh di brasil ituuuu... adegan si bandit ngelempar kamera & tampang romo yg cengok.. wakkakakakk *ketawa gegulingan sambil pegangin perut niy saya* , hihihi...

romo.. mbok ya fotonya, jangan pas ada couple di depan nya persis getoh. tadinya, ria pikir, loh loh.. si romo kok jadi gantengan? oalahhh.. ternyata salah object.. hihihi..

sukses selalu romooo.. *saya jadi keinget pas saya bermalem semingguan di rumah romo..* cuman roma & vatikan yg membuwat saya rindu kembali ke yurop :(

Heri Kartono mengatakan...

Terima kasih ya Ria, sudah berkunjung ke BLOG-ku. Memang susah untuk potret dengan tenang. Tapi ya nggak apa-apa, lha wong tampangku juga cengok kok (btw, apa sih cengok itu? Ganteng ya??).
Tinggal di Singapore menyenangkan?
Selamat deh.
HK.

Unknown mengatakan...

Cerita tentang 3 orang bandit yang seharusnya menegangkan itu jadi lucu banget, dilaporkan oleh reporter dari mbrebes ini. Padahal waktu itu pasti ndredek juga kan? Bahkan bisa jadi cara bernafaspun lupa hayooo... Romo, kalau suatu hari mereka datang dan mengaku dosa, apakah mereka akan disuruh pulang atau mau dilempari telor asin?

Heri Kartono mengatakan...

Hehehe..trims sudah ikut nimbrung.
Kalau mereka ngaku dosa, mereka musti ngembaliin uang dan laptop, selain musti keliling lapangan 5x tanpa berhenti. Enak aja ngambil duit dan barang2 orang! Masih gondok nih....

Tidak ikutan rame2 ke Bandung menghadiri tahbisan Uskup baru? Rm.Harimanto kayaknya ikut repot..
HK.