Minggu, 31 Juli 2011

Chicha AFI Junior II


SEMPAT TIDAK DIDUKUNG

Lagu To Love You More dari Celine Dion yang dibawakan dengan apik oleh Chicha langsung memukau hadirin. Sesudahnya, Runner Up Afi Junior II ini meneruskan dengan lagu berikutnya, Biru dari Vina Panduwinata. Chicha yang bernama asli Patricia Agustin ini membawakan lagu-lagu tersebut dalam acara St.Helena Charity Golf Tournament baru-baru ini di Gunung Geulis Country Club, Bogor. Jenderal (Purn) Subagyo AS, mantan Kasad, yang juga hadir pada acara tersebut terlihat ikut menikmati penampilan Chicha.

“Menyanyi adalah kegemaranku sejak aku masih kecil!”, ujar Chicha. Bakat Chicha mendapat dukungan penuh orang tuanya. Maklumlah, ayahnya, Anton Jaya adalah pemain band, sementara ibunya juga penyanyi. Hingga kini Chicha mengaku masih terus berkecimpung dalam dunia tarik suara. Di kampusnya, UBM, Chicha kerap diminta ikut tour keliling Indonesia untuk mempromosikan kampus tsb. Chicha yang melejit namanya lewat Afi Junior II dijadikan sebagai salah satu daya tarik. Gadis cantik kelahiran Jakarta ini (16 Agustus 1992) sering juga diundang kelompok kristiani. Misalnya ia pernah diminta memberi kesaksian dalam acara KRK Paroki St.Andreas, Kedoya atau menjadi Guest Star pada acara Natalan GBI Mawar Saron.

Ada pengalaman yang sempat mengganjal hati Chicha, juga Anton ayahnya. “Chicha mendapat dukungan dari banyak paroki lain namun paroki sendiri malah tidak memberi dukungan. Memasang posterpun dilarang!”, papar Anton, ayah Chicha yang setia mendampingi anaknya. “Itu dulu, ketika Afi Junior sedang berlangsung. Saat ini sih saya merasa didukung paroki juga” ujar Chicha menimpali. Dengan atau tanpa dukungan paroki, Chicha mengaku akan terus bernyanyi. “Itulah talenta saya yang bisa saya persembahkan untuk Tuhan dan untuk sesama”, katanya sungguh-sungguh.

Heri Kartono, OSC (dimuat di Majalah HIDUP edisi 21 Agustus 2011)

Rabu, 13 Juli 2011

Cirebon 3 (Heri Kartono)



ASYIKNYA NGGOWES BECAK!

Dalam rangka setahun meninggalnya kakak perempuan, kami berkumpul di rumah kakak di Cirebon. Saudara-saudara dari Brebes, Bandung dan Jakarta datang semua, termasuk anak-anak mereka. Anak-anak ini ada yang memanggil saya Oom Romo, Pakde dan Mbah Romo. Berhubung acara jatuh pada hari Minggu, kami hanya mengadakan ibadat Rosario saja bersama lingkungan.

Minggu siang, sepulang dari Gereja, acara santai. Sebagian dari kami duduk-duduk ngobrol sambil menikmati aneka macam jajanan yang disediakan “panitia”. Titis, Colleta dan Amel bermain-main di atas becak di halaman rumah. Becak ini milik pak Koding, langganan almarhum kakak. Pak Koding kerap diminta bantuannya membersihkan kebun, mengecat pagar atau apapun. “Pakde, jalan-jalan dong!”, teriak Titis memanggil saya. Seumur hidup belum pernah saya mengemudikan becak. Saya coba-coba, ternyata mudah, minimal tidak membuat saya jatuh. Sayapun mulai menggowes becak sementara Titis, Colleta dan Amel tak henti-hentinya berteriak-teriak kegirangan.

Becak saya bawa kearah stasiun Kereta Api. Maklum, rumah kakak berada persis di balik tembok Stasiun Kereta Api Cirebon. Dahulu almarhum kakak ipar bekerja di PJKA Cirebon. Bambang, ayah Titis, melihat saya membawa becak, langsung mengambil kamera dan berlari-lari mengejar untuk memotret. Mas Bambang ini kameramen RCTI. Meski sudah pensiun, hobby serta naluri memotretnya masih tetap besar. Berkali-kali mas Bambang memotret kami dari pelbagai sudut. Tidak jelas siapa yang lebih bergaya, penumpang atau tukang becaknya!

Menggenjot becak ternyata tidak hanya memerlukan ketahanan fisik tapi juga ketahanan pantat. Pasalnya, becaknya si Koding ini sadelnya keras sekali, hanya sepotong kayu dibalut kain. Meski demikian, kegembiraan yang kami dapat memang tak terlupakan…

Heri Kartono