Sabtu, 01 Agustus 2009

Heri Kartono, OSC.



MERASA TENTERAM DI KERAGUAN

“Tuhan begitu baik dan murah hati..!”, itulah sepenggal rasa syukur yang diungkapkan Romo Heri Kartono, OSC menyambut 25 tahun imamatnya, 15 Agustus 2009 ini.

Menjadi seorang pastor sudah menjadi keinginannya sejak duduk di kelas 6 SD St.Thomas Ciledug-Cirebon. Pada saat itu, ia mengaku tidak tahu banyak. ”Saya sama sekali tak tahu bagaimana dan di mana sekolah untuk menjadi seorang imam”, ujarnya dengan polos. Setamat SMP, dengan persetujuan orang tua, ia masuk Seminari Menengah Mertoyudan (1973-1976). Sesudahnya, ia memilih OSC dan mengikuti pendidikan di Seminari Tinggi Bandung (1977-1983).

Selesai studi, sosok yang amat rendah hati dan kocak ini ditugaskan di paroki Tasikmalaya (1983-1986). ”Tugas di paroki ini sangat mengesankan dalam mengawali tugas pastoral saya. Walau sebentar, banyak pengalaman yang memperkaya saya di kemudian hari”, tutur Romo yang punya hobi menulis ini.

Dari Tasikmalaya, ia mendapat tugas belajar ke Roma (1986-1989). Sepulang dari Roma, penulis tetap majalah HIDUP ini ditempatkan sebagai Magister para frater OSC di Bandung sambil mengajar di UNPAR. Bersamaan dengan ini, ia masih sempat mengelola majalah KOMUNIKASI. Tak tanggung-tanggung, di tengah semua kesibukan itu, ia masih mengurus dua komisi di keuskupan Bandung.

Tahun 1995 ia mendapat izin tinggal di keuskupan Armidale, NSW Australia dan membantu di paroki Katedral Armidale. Saat saat ini di manfaatkan olehnya untuk merefleksikan kehidupan religiusnya yang sempat diterpa badai.

Dengan segala kemantapan hati, usai ‘pertapaan’ di Australia, ia menerima tugas penggembalaan di keuskupan Agung Medan. ”Kabanjahe yang berudara dingin dengan mayoritas umat yang sederhana membuat saya sangat bersemangat dalam pelayanan pastoral saya. Itulah cita cita saya sejak lama, ingin berkarya di paroki terpencil” ujar Romo yang gaul dan punya facebook ini. Tugas dari Kabanjahe dilanjutkan ke paroki Tanjung Selamat, Medan sebagai pastor paroki. Selama di Medan ia juga mengelola majalah MENJEMAAT dan Studio rekaman milik keuskupan Agung Medan.

Akhir 2001, Romo Heri Kartono ditempatkan kembali di Jawa dan bertugas di Bandung. Dalam Kapitel Jendral di Brasil tahun 2003 ia terpilih sebagai Konselor Jendral OSC. Karenanya ia bertugas di Roma hingga Agustus tahun 2009 ini, bertepatan dengan 25 tahun imamatnya.

“Kebaikan Tuhan saya rasakan juga lewat orang orang yang saya temui dalam perjalanan imamat saya”, demikian kata Romo Kartono dengan mimik serius yang seringkali penuh canda dan tawa jika bergaul dengan umat. Ini yang membuat umat merasa akrab dan dekat dengan sosok OSC yang satu ini.

Sayup-sayup terdengar lagu: ”Biar kini daku bersyukur, Tuhan. Merasa tenteram di keraguan….”

Proviciat Romo!! (Foto bawah: di depan Gereja Tanjung Selamat, Medan).

Rosiany T.Chandra. (Dimuat di majalah HIDUP, 02/08/2009).