Senin, 07 Maret 2011

Heri Kartono (Ulang Tahun2)




ULANG TAHUN DAN TULANG AYAM

Ulang tahun pastor paroki biasanya menjadi hajatan umat. Itulah juga yang biasa terjadi di paroki Santa Helena. Tahun ini perayaan ulang tahun saya disatukan dengan penyambutan pastor Bobby Harimaipen OSC yang baru mulai bertugas.

Panitia acara ,yang dimotori Pak Benny Sugiarto, membuat sejumlah kejutan. Pastor Bobby yang belum dikenal umat, disamarkan sebagai penjual bakso. Pak Ernst, ketua Dewan Paroki, sempat bingung saat diminta untuk menemukan pastor yang baru ini.

Kejutan selanjutnya ditujukan untuk saya. Diam-diam panitia telah mengundang dan berhasil menghadirkan sejumlah orang istimewa yaitu Propinsial OSC, Pastor Anton Subianto OSC dari Bandung, keluarga Ganda Kusuma dari Pasar Minggu, Pasutri Benny-Diana dari Bandung dan adik bungsu saya bersama keluarganya. Tentu saja kehadiran mereka mengagetkan namun amat menyenangkan. Panitia juga, dimotori pak Jo Hanafi, berhasil mengumpulkan banyak foto saya. Foto-foto yang berasal dari sekitar 10 sumber ini ditayangkan di layar lebar. Lewat tayangan tsb umat diajak mengikuti perjalanan hidup saya sebagai imam.

Untuk menghibur umat yang hadir, ditampilkan beberapa atraksi, antara lain Tarian break dance serta St.Helena Children Choir. Acara ditutup dengan makan malam bersama. Saya berkeliling mencicipi semua makanan yang ada sambil menerima sekitar 250 jabat tangan umat yang hadir.

Esok harinya (tanggal 3 Maret) saya bangun seperti biasanya, jam 05.00 pagi. Seperti biasanya juga, hal pertama yang saya lakukan adalah “buang hajat”. Acara rutin kali ini sedikit mengalami gangguan. Ada yang nyangkut dan menyakitkan di “pintu keluar” . Selama hampir 15 menit saya berusaha mengorek-ngorek benda tajam yang menyakitkan itu, namun gagal. Akhirnya, saya memakai celana dan bergegas meluncur ke RS.Siloam.

Kepada perawat yang bertugas di UGD, saya jelaskan bahwa dubur saya tersumbat dan sakit. Saya pikir, mereka akan bergerak cepat menolong saya. Rupanya tidak. Ada sejumlah prosedur menjengkelkan yang harus saya jalani terlebih dahulu. Pertama-tama saya diminta untuk menimbang berat badan. Kemudian tensi darah. Selanjutnya menjawab beberapa pertanyaan: “Sudah berapa lama sakitnya pak?”; “Apakah ada alergi obat?”; “Apakah pernah terjadi sebelumnya?”; “Pernah berobat kemari?”. Sambil meringis menahan sakit, saya menjawab interogasi itu. Tak lupa identitas serta alamat lengkap diminta dan dimasukan dalam catatan Rumah Sakit. Sesudah kesabaran hampir habis, barulah saya diminta masuk Ruang Periksa.

Dokter datang didampingi perawat tadi. Dengan posisi “nungging” tanpa celana, saya diperiksa. Dokter langsung menemukan benda tajam yang menyumbat dubur namun tidak berhasil mengeluarkannya. Kemudian, sambil meminta maaf, dokter menyemprotkan cairan pelicin. Akhirnya…, dua buah serpihan tulang ayam berhasil dikeluarkan. Dua tulang kecil tsb harus dibayar senilai beberapa ayam utuh…… Sungguh, ulang tahun yang mengesankan! (Foto2 dari Pak Jo Hanapi)

Heri Kartono, OSC

NB: Terima kasih pada kelompok lansia Simeon-Hanna yang dimotori ibu Subrata atas perayaan yang dilakukan pada pagi/siang harinya.