Minggu, 16 November 2008

Merpati di Vatikan


JINAK-JINAK MERPATI 

Seorang turis, sepertinya dari Timur Tengah, asyik memanggil dan bermain-main dengan burung merpati. Karena dia membawa remah-remah roti, burung-burungpun berdatangan dan berebut mengambil roti dari tangannya. Seorang kawannya, yang sudah siap dengan kamera, memotret berkali-kali. Pelancong asal Brebes yang kebetulan lewat, ikut juga mengabadikan adegan tersebut.

Hampir di setiap piazza di Roma terdapat banyak merpati. Selain para turis yang sering melempar sisa makanan, selalu ada orang-orang yang sengaja datang memberi makan burung-burung itu. Di kota ini merpati, kucing, bebek, angsa, tupai dan banyak binatang lain hidup dengan damai, tidak diganggu. Pergilah ke salah satu taman di Roma yang ada kolamnya, anda akan melihat pelbagai jenis bebek dan angsa liar berkeliaran dengan bebasnya.

Di kota Roma juga ada banyak kucing liar. Salah satu tempat yang paling banyak dihuni kucing liar adalah di Torre Argentina, di wilayah pusat kota. Di sini kucing liar tidak hanya dilindungi namun juga diberi makan secara teratur oleh petugas kota. Karena terbiasa dengan manusia, kucing-kucing liar ini umumnya jinak, mau untuk didekati, apalagi untuk dibelai-belai.

Kesadaran untuk menyayangi binatang nampaknya sudah menjadi bagian dari budaya orang Barat. Anak-anak umumnya juga sudah diajari untuk menyayangi binatang sejak dini. Tidak sedikit orang yang menyediakan makanan khusus untuk burung-burung liar di halaman rumah mereka. Biasanya burung-burung berebut makanan dengan tupai-tupai yang selalu kelaparan.

Sekarang ini semakin jarang orang mengenakan pakaian dari bulu binatang, kecuali dari bulu domba yang memang diternak untuk keperluan itu. Disana-sini kerap muncul aksi unjuk rasa menentang perburuan binatang liar. Salah satu aksi unjuk rasa yang disukai para pria adalah aksi telanjang sejumlah wanita. Wanita-wanita cantik tsb rela bertelanjang di muka umum sambil membawa poster bertuliskan: “Lebih baik telanjang daripada memakai bulu binatang!”. Sayang, polisi kurang berkenan dengan aksi yang menarik ini…

Binatang liar, termasuk merpati bisa hidup bebas, karena orang Roma mencintai mereka. Tapi ah, sebetulnya orang Indonesia juga sangat suka merpati, terutama kalau sudah tersaji di atas piring bersama gudeg dan nasi panas sambil lesehan di Malioboro!!

Heri Kartono.

 

9 komentar:

JP Isnaryono DS mengatakan...

Ada lagunya itu Mo,
judulnya memang itu, 'Jinak-jinak Burung Merpati"
tambah lagi sifat seperti itu sangat nggemesin lho...

Rasanya aku pernah foto-foto disitu juga deh
pakai mata anakku yang secara langsung ngasih makan burung2 itu
suatu ketika nanti, dianterin burung di langit, aku tiba di Roma,
he...he..

Di Ina orang seneng berburu dan miara burung dan binatang2,
sehingga tidak pernah terlihat burung2 liar akrab dengan manusia
sebab kalau dekat2 dengan manusia, ujung2nya pasti penggorengan
atau perdagangan sampai penyelundupan,
karena di sini sebagian masyarakatnya masih miskin dan lapar,
tapi jangan coba2 demo telanjang di jalanan
karena sudah pasti terjerat undang2 anti pornografi yang porno itu
ngeri deh...

Rosiany T.Chandra mengatakan...

Aku teringat dulu punya rumah burung di halaman belakang,tapi yg datang burung2 gereja!Entah kemana ya perginya....?
Pengen punya tupai euy...jenaka,ingat film kartun yg ekornya melengkung keatas.he he...

Heri Kartono mengatakan...

Mas Isnar dan Rosiany,
Trims atas komentarnya, membuat tulisan menjadi lebih meriah.
Salam,
HK.

Heri Kartono mengatakan...
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
Unknown mengatakan...

Di Roma ada papatong nggak, mo? Itu lho, capung! Ttg merpati, saya koq belum pernah liat di Vatikan ya? Atau mungkin mereka sembunyi kalau sedang ada lautan manusia ya?

Btw, Romo, saya sedang asyik buka2 Blog Batursajalur yang satu lagi itu. Saya baru ngeh, kenapa Blog yang ini ada "b"-nya, pasti ada yang "a" atau yang originalnya. Bravo!! Jadi bisa selalu mengikuti "Berita pecah" nih alias "Breaking news" langsung dari reporter local. Thanks a lot.

Heri Kartono mengatakan...

Papatong mustinya sih ada tapi memang saya juga belum pernah lihat. Kalau lalat dan nyamuk banyak, terutama di musim panas.

Saya memang punya 2 Blog. Namanya sama, hanya yang satunya tanpa B. Yang tanpa B lebih merupakan album kumpulan artikel yang pernah dipublikasikan, daripada ilang. Kalau yang ini sih untuk main-main aja, suka-suka.
Thanks ya, sudah mampir.
HK.

Lucas Nasution mengatakan...

Pater
di kota lina burung merpati malah jadi gangguan
http://www.stuff.co.nz/stuff/4740846a1861.html

Nearly every city has its pigeon problem –Tokyo, Istanbul, Kiev, Rio . . . The mayors of London and Venice have tried starving their pigeons out of existence but even fines of up to [Euro]500 for feeding birds have done little to cut numbers. Venice has about 60,000 pigeons, their acidic droppings eroding the marble sculptures and buildings.

Heri Kartono mengatakan...

Betul sekali bang Lucas. Itu sisi lain yang tidak saya kupas. Di beberapa kota/negara, populasi binatang liar terus dipantau dan dibatasi dengan pelbagai cara. Kucing, misalnya, di Roma sebagian besar dikebiri, supaya tidak berkembang biak terlalu cepat.

Di tempat lain (yang saya tahu misalnya di Minnesota, USA) ada musim khusus untuk berburu binatang tertentu. Tujuannya, supaya populasi tidak berlebihan. Untuk beberapa kota, populasi merpati yang berlebihan juga merepotkan.

Trims atas kontribusinya yang berharga.
Salam,
HK.

Anonim mengatakan...

ttg burung, inget yang aga nyebelin...lewat2 jl.Ganesha deh, ada burung gede nan syeram, burung apa tuh? lupa namanya, beranak pinak, subur makmur betah, di pohon2 besar sepanjang dan sekitar Ganesha...kalo kita jalan kaki, harus waspada dengan 'bom' dari atas pohon ataupun yang sudah tergeletak di jalanan: sisa makanan [ikan bosok], anak manuk yang kepeleset, bom bab nya...

Sophie