Minggu, 02 November 2008

dr. Kelly Munazar


GARA-GARA RELA BERKORBAN

Dialah pemrakarsa tour/ziarah RS.St.Boromeus Bandung ke Lourdes (10-22 Oktober 2008). Drg. Tina turut membantu dalam teknis pelaksanaannya. Terhimpun 74 peserta terdiri atas para dokter, perawat serta karyawan Rumah Sakit. Sebagian di antara mereka ada juga yang mengajak kerabatnya.

Tidak gampang mengupayakan suatu tour besar semacam ini. Para peserta harus menabung selama hampir dua tahun penuh. Kesulitan datang silih berganti mulai dari kekurangan dana, pembuatan paspor (banyak yang baru pertama kali) dan pemohonan visa. Menyedihkan bahwa ada dua calon peserta yang ditolak permohonan visanya oleh kedutaan Italia.

Selama berkeliling di Eropa, rombongan besar ini dibagi dalam dua kelompok, dengan bus berbeda. Umumnya kami makan di restoran yang sama dan tinggal di hotel yang sama pula. Pernah, kami makan di restoran berbeda, juga hotel, maklum rombongan besar. Tidak semua acara tour berjalan sempurna, memang. Misalnya, salah satu bus sempat mogok di Paris dan harus diganti. Di Amsterdam, saat hendak kembali ke Indonesia, pesawat tidak jadi terbang karena beberapa menit sebelum berangkat diketahui ada kerusakan. Penerbangan di tunda satu hari (banyak yang malah senang bisa menginap serta makan-minum gratis dan konon dapat kompensasi dari asuransi!). Selebihnya, boleh dikatakan ziarah berjalan lancar.

“Ziarah ke Lourdes ini dapat terselenggara, terutama berkat inisiatif dr.Kelly”, ujar seorang perawat dengan nada haru. Perhatian dr.Kelly diakui dan diungkapkan beberapa peserta ziarah dalam perjalanan. Dokter anak yang amat laris dan kerap praktek hingga larut malam ini memang dikenal mempunyai kepedulian, berhati baik dan rela berkorban. Mungkin lantaran mau berkorban pula, dialah satu-satunya peserta yang kecopetan. Paspor dan sebagian uangnya disikat copet saat asyik membuat foto-foto di menara Eifel, Paris. “Tidak apa dok, banyak pasien menunggu, mengganti uang yang hilang….!”

Heri Kartono, OSC

 

 

12 komentar:

Rosiany T.Chandra mengatakan...

Aku juga pernah kecopetan saat naik(bukan turun) escalator di Metro.Diujung escaltor ada seseorang yg sengaja menjatuhkan sesuatu,lalu dia 'seolah2'ingin memungutnya dari lantai escalator,lalu terjadilah 'penumpukan'penumpang krn ga bs lewat(saling berdempetan-busyet,membahayakan lagi!)Pada saat itulah dia beraksi di kantong celana.Jadi jgn nyolok bw tentengan branded2

Heri Kartono mengatakan...

Meski kita hati-hati, kalau lagi sial ya tetep aja kesopetan. Di kota-kota Metropolitan, apalagi sekaligus kota turis seperti Paris, dimana-mana memang banyak copet. Thanks untuk sharingnya.
HK.

irenesetya mengatakan...

Wah, benar-benar luar biasa. Bisa ajak ziarah sekian banyak anggota RS Borommeus, dengan caranya yang juga luar biasa, nabung. Bukan ngutang dulu, seperti kebiasaan orang Indonesia. Setahu saya Dr. Kelly Munazar memang orang baik, ramah dan tetap sederhana. Hanya 2 kali ketemu tapi saya menangkap kesan begitu. Saya pernah gabung dengan usaha beliau waktu ke Jakarta menghadiri KRK, murah plus souvenir kaos dan perjalanan yang penuh sukacita.
Berbahagialah yang berkarya dan hidup berdekatan dengan beliau.

Heri Kartono mengatakan...

Terima kasih atas komentarnya. Kesan saya juga dr.Kelly meski kumisnya tebal tapi tidak menakutkan, malah ramah dan bersahaja. Demikian juga istrinya, ibu Rintje amat saleh dan baik hati.
HK.

kicauanburung mengatakan...

koq..gambarnya kaga keluar yak?? piye nih Sinbunim???

Heri Kartono mengatakan...

Gambar biasanya muncul agak lambat, terutama kalau komputernya sudah kadaluwarsa. Jadi, sudah waktunya ganti laptop kayak punyaku hahaha....
Salam manis,
HK.

Anonim mengatakan...

wah dok, jangan ngarepin anak2ku sakit dong...
kita juga ingin bisa nabung buat pergi lourdes. amin

sophie

Heri Kartono mengatakan...

Nggak tahu apakah dokter ngarepin atau nggak ngarepin orang sakit, yang pasti, pasien dokter Kelly memang banyak.
Jadi, anak-anak musti dirawat baik supaya nggak sakit.

Trims ya sudah mampir dan memberi komentar.
Salam,
HK.

Unknown mengatakan...

Kalau kecopetan uang sih masih bisa nyarinya lagi, tapi kalau kehilangan pasport...busyet itu mah kayak kehilangan identitas lho. Hati-hati para ibu...
Cheers!

Heri Kartono mengatakan...

Waktu itu pas hari Sabtu, KBRI tutup. Akhirnya, setelah minta surat bukti kehilangan dari polisi di Perancis, Paspor baru diurus di Amsterdam, sambil pulang (Seninnya). Untunglah meski repot, bisa diurus juga.
HK.

Elsa Darlina mengatakan...

Ikut seneng dengar kabar tentang ziarah rohani seperti ini.Pastilah setiap orang yg turut serta akan punya pengalaman iman yang amat berkesan.Soal kecopetan = dulu saya hampir kena di metro Chatellet-Paris, copetnya cewek lho..tapi keburu ketahuan,jadi gak sempat ambil apa-apa dari tas saya..Emang kita mesti hati-hati..

Heri Kartono mengatakan...

Wah sempat mau kecopetan juga ya? Emang sial sekali kalau di negeri orang kita kecopetan duit dan surat2 berharga.
Trims sudah ikut memeriahkan blog ini.
Salam,
HK.