Sabtu, 22 November 2008

Christina.


INDAH SEKALI HARI INI!

Di Indonesia, memiliki pembantu itu biasa. Di Roma, hanya orang yang kaya  mampu memiliki pembantu full-timer. Di rumah kami, ada juga pembantu, meski hanya beberapa jam setiap datang dan itupun tidak setiap hari. Dulu, kami sempat mempekerjakan orang Filipina. Orang ini kerjanya gesit, rajin dan upah yang diminta jauh lebih murah dari orang Italia. Sayang dia tergolong nero alias illegal. Akhirnya, meski cocok, kami tidak berani lagi mempekerjakan orang Filipina ini.

Sejak itu, kami mendapat pembantu lewat satu perusahaan. Perusahaan ini yang menyediakan pegawai untuk kebersihan dan masak. Sistem ini cukup baik. Kami tidak perlu pusing dengan tingkah pegawai (orang Italia pandai membuat alasan untuk bolos). Kalau tidak puas atau pegawai tidak datang, perusahaanlah yang bertanggung-jawab mencari gantinya. Hanya, dengan cara ini kami harus membayar jauh lebih mahal.

Kami puas dengan dua pembantu yang bekerja di rumah kami sekarang ini. Maria bertugas masak dan Flora bagian kebersihan. Sebelumnya, kami sempat mendapat pembantu yang malasnya minta ampun dan terlalu sering menggunakan telpon rumah. Untunglah perusahaan mendengarkan keluhan kami dan bersedia mengganti pembantu.

Pernah, Flora yang bertugas membersihkan rumah, cuti beberapa hari. Sebagai pengganti sementara, dikirim Christina. Ibu muda ini rajin dan kerjanya cepat. Kami semua menyukainya. Suatu hari, sehabis olah raga di luar, saya masuk rumah dan melihat Christina sedang membersihkan kaca jendela. Saya menyapanya dengan berkata: “Christina, che bella é oggi!”, (Christina, indah sekali hari ini!). Saya terkejut ketika melihat Christina  tiba-tiba tersipu-sipu bahagia dan menjawab dengan senyum sangat manis: “Grazie, lei é molto gentile” (Terima kasih, anda baik sekali). Rupanya Christina ini mengira saya memuji kecantikan dia, padahal saya bicara tentang cuaca di luar. (Bella memang bisa juga berarti cantik). Sejak itu, setiap kali bertemu, tanpa ragu Christina mencium saya. Dan sayapun pasrah, karena begitulah gaya orang Itali kalau sudah merasa dekat…..

Heri Kartono (Foto: Christina sedang tersenyum lebar dan Emanuella).

20 komentar:

Unknown mengatakan...

wakakkakaka.....senangnya dapet cupika-cupiki...kkkkk. btw mau dunk jadi pembantu disana..hehhehe

Heri Kartono mengatakan...

Sebetulnya sih salah saya juga. Mustinya, untuk menghindari salah faham, saya bilang: Che bella giornata e' oggi. Nah, saya nggak pake kata giornata, jadi aja salah-faham.
Tapi aku rela kok dicium si Christina hahaha...
Thanks ya.
HK.

JP Isnaryono DS mengatakan...

Mo,
aku cuma tertawa-tawa sendiri,
kaya' orang gila! wakakakaka...
aya-aya wae....

aku jadi inget foto polisi2 italia
yang moleg2 tea, jangan2 mereka itu calon pembantu ya.... asyik deh...

pembantu di sini disiksa, disetrika dan disiram air mendidih,
tapi digaji amat rendah
betapa malangnya mbok mina...
nasibnya tak sebagus Christina

Heri Kartono mengatakan...

Betul mas Is. Nasib pembantu kita memang masih kurang bagus, juga kurang dihargai. Pembantu di rumah kami, Flora, mobilnya bagus, meski tidak baru. Dan kalau liburan, dia biasa ke Jerman.
Gaji 5 jam pembantu di Italia = gaji sebulan pembantu di Indonesia hahaha....(tapi ongkos hidup di sini juga mahal kok!).

Trims atas komentarnya.
Salam,
HK.

Unknown mengatakan...

Saya sih kenal sama Romo Heri, maksud beliau pasti memang mau mengatakan "Christina, kamu cantik dan rajin hari ini, bersihin kamar gua sekalian dong!" atau setidaknya seperti lagunya Marcel dan Shanty, Hanya Memuji, karena kamar beliau pasti sudah sangat rapi dan bersih. Romo Heri kan terkenal apik orangnya.

Heri Kartono mengatakan...
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
Lucas Nasution mengatakan...

"Lost in Translation" è una minaccia comune dopo la torre di Babele (Era: è Dio che ha fatto di noi parla in lingua diversa). Naturalmente dopo la Pentecoste diversa lingua non è più un ostacolo - come tutti noi parlano il linguaggio della lingua.
Tuttavia, errata interpretazione telai in tutto il mondo nella religione in cui sacro testo è stato scritto diversi secoli nel passato
Controlla questo link
http://translation.suite101.com/article.cfm/lost_in_misinterpretation_a_myth
http://www.guardian.co.uk/books/2002/jan/12/books.guardianreview5

Heri Kartono mengatakan...

Sei veramente bravo. È giusto quello che ha detto.
Grazie mille, Lucas!
Auguri e saluti da Roma.
HK.

Rosiany T.Chandra mengatakan...

Ga pake 'giornata' ga pa pa lah,tapi kan dapat cipokan!.Wakakakkakak..kk..kk

Lilis mengatakan...
Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.
Heri Kartono mengatakan...
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
Lilis mengatakan...

Aku keketawaan sendiri ngebayangin pastur di cium Christina.. pasti cengar cengir sambil bungah tea...hahahah

eds mengatakan...

memang yang namanya godaan itu datang silih berganti dan bertubi-tubi, Mo. ahahhaahha...yang sabar, tabar yah

Heri Kartono mengatakan...
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
Lucas Nasution mengatakan...

IMHO godaan dalam kitab perjanjian lama lebih diacukan pada hal "menjadi sama dengan Allah"
didalam perjanjian baru Yesus tidak digoda dalam hal seksual
Seks kok terasa dimarjinalisasi kalau disebut sebagai godaan
mungkin kita diajari St Agustinus sedemkian sehingga memandang sex sebagai godaan [atau malah st Paulus - yang tidak tahan selibat hendaklah nikah saja]
bacalah buku :“Maria Magdalena & Agustinus : Seks Itu Indah” (penerbit Kanisius 2006)
harap maklum

Heri Kartono mengatakan...

Bang Lucas, saya suka dengan komentar anda. Di masa lalu, seks kelewat dipandang negatif dan kurang ditonjolkan sisi positifnya. Yang terjadi, orang kerap memandangnya dengan rasa takut/bersalah daripada menghargai atau memperlakukannya secara wajar.

Sebaliknya, pada jaman modern ini, orang cenderung jatuh pada ekstrem lain, memandang seks melulu sebagai kesenangan badani dan boleh diumbar sepuasnya. Inipun pada gilirannya tidak membuat bahagia.

Kalau soal cium-mencium, itu tergantung budaya setempat. Di Itali, hal ini dianggap amat wajar, apalagi dilakukan terbuka/di depan orang lain dan sekedar cium pipi sekilas..
HK.

Rosiany T.Chandra mengatakan...

Sex merupakan pengalaman penyatuan,ekstasis ragawi.Sedangkan dlm pencarian/penyatuan dgn Tuhan,ada pengalaman organism rohani juga kan.
Jadi setuju saja kalau sex itu indah,bukan godaan tapi pengalaman
penyatuan utk satu yg sakral.

Blog nya makin seru nih...he he..

Heri Kartono mengatakan...
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
Lucas Nasution mengatakan...

"..soal cium-mencium, itu tergantung budaya setempat.."

dalam paradigma de Mello budaya adalah programming kita - benturan budaa adalah impact tidak kompatibelnya program satu dengan yang lain - karena budaya adalah kacamata yang digunakan masing2 kita untuk memaknai pengalaman dan dunia.
Dunia tidak pernah lagi jadi netral dan tanpa nilai - karena kacamata masing2.
Yang repot kalau orang memutlakkan kacamatanya
dan mengutuk orang lain.
di Papua orang berpakaian minimum
bukan mau pamer atau porno
tetapi memang begitu mereka memaknai alam,
di tempat lain lagi orang menutup sekujur jasad karena alasan yang lain pula,
yang repot kalau mau dibuat penyeragaman kacamata, atau Tuhan dijadikan wasit [tentu Tuhan tidak pernah bicara langsung, jadi kata2 manusia didesakkan ke mulut Allah]
terjadilah konflik.

mungkin tidak semua pas dengan saya, tetapi semua budaya tidak jelek atau bagik pada dirinya sendiri - tetapi pada konteksnya - tetapi yang jadi soal lagi _ siapa boleh menjadi wasit?

Quis custodiet ipsos custodes?

Unknown mengatakan...

Oh Christina, you are the inspiration for a lot of people!
By the way bus way, ada mitos berkembang ber-abad2 di sekitar gunung Kemukus: ritual sex untuk mencari kekayaan. Apa lagi ini? Novel terbaru dari F. Rahardi dari Penerbit Lamalera mengambil mitos dan praktek tersebut sebagai latar belakangnya. Selamat membaca bagi yang berminat. Eh...jadi promosi nih..