Minggu, 29 Maret 2009

Atanasius Karsono.


SELAMAT JALAN MAS NONO

Kakak sulungku Atanasius Karsono baru saja dipanggil Tuhan. Ia meninggal (di Ciledug-Cirebon) pada hari Minggu, 29 Maret 2009 sekitar jam 20.30 WIB dalam usia 58 tahun. Kami sembilan bersaudara. Adik paling bungsu meninggal dunia saat dilahirkan.

Sebagai anak pertama, Karsono atau kami biasa memanggilnya Mas Nono mendapat banyak perhatian sejak kecil, baik dari orang tua, kakek-nenek maupun saudara-saudara. Bahkan, bapak suka memanggil ibu dengan sebutan Bune Nono (ibunya Karsono!). Namun, sebagai anak pertama pula, apalagi laki-laki, mas Nono menjadi tumpuan harapan orang tua. Waktu itu, orang tua mengirim mas Nono ke Jakarta, untuk kuliah di ABI, Akademi Bank Indonesia.

Mas Nono ini badannya paling besar dalam keluarga kami. Dan memang, dia rajin berolah raga: angkat barbel, sit-up dll. Sejak di sekolah menengah, mas Nono sering berkelahi. Meski demikian, dalam bergaul, mas Nono sangat luwes dan humoris. Ia juga bisa romantis serta pandai main gitar, karenanya ia mudah disukai para gadis.

Orang tua sempat kecewa pada mas Nono sekurangnya dua kali. Pertama, mas Nono tidak selesai dengan kuliahnya. Kedua, mas Nono pacaran dengan Tini, seorang guru, Tionghoa, asal Bandung. Di mata orang tua, Tini bukanlah gambaran menantu yang pas untuk orang Jawa.

Karena tidak direstui orang tua, Mas Nono dan Tini kawin secara sipil. Padahal, Tini juga beragama Katolik dan pernah tinggal di asrama Providentia, Bandung. Sesudahnya, mereka semua masuk Islam, juga ke-empat anaknya. Bapak pernah meminta saya untuk mempertobatkan kembali mas Nono menjadi Katolik. Waktu itu saya sudah masuk Seminari di Mertoyudan. Saya dapat mengerti kekecewaan bapak sekaligus juga rasa malunya. Maklumlah, bapak adalah aktivis dan pemuka agama Katolik. Dengan sopan saya tolak permintaan bapak. Saya katakan bahwa mas Nono dan mbak Tini sudah dewasa, berhak menentukan pilihan hidupnya sendiri. Bapak kecewa dan tidak mengerti jalan pikiran saya sebagai calon pastor! (Saya tidak mengatakan bahwa sebenarnya bapak ikut “andil” dalam pilihan hidup mas Nono).

Dengan segala keterbatasannya, mas Nono berusaha menjadi ayah yang baik. Dan memang ia seorang ayah yang bijaksana. Bila ia ingin menasehati salah satu anaknya, biasanya ia mengajak jalan-jalan atau sekurangnya menciptakan suasana nyaman terlebih dahulu. Dalam saat yang tepat, ia menyampaikan nasihat, harapan atau bahkan kekecewaannya. Dengan cara itu, apa yang ia katakan sungguh meresap bagi anak-anaknya. Keempat anaknya telah menikah dan masing-masing hidup secara mandiri.

Di masyarakat sekitar nampaknya ia amat dihormati. Karenanya berkali-kali ia dipilih terus menjadi ketua RT dan RW di lingkungannya. Kemampuan berkomunikasinya memang luar biasa. Itu kelebihan utama mas Nono.

Dua tahun yang lalu, saat kami mengadakan Reuni besar keluarga Bambang Soedjono (Brebes, 11-12 Agustus 2007), mas Nono sudah terlihat sakit-sakitan. Badannya yang kekar dan berotot sudah layu. Malah, waktu itu dia sudah membawa tabung oksigen kecil karena kerap sesak nafas.

Selamat jalan mas Nono. Doa kami mengiringi kepergianmu. (Heri).

 

13 komentar:

Lucas Nasution mengatakan...

turut bela sungkawa - solus nascitur solus moritur

Unknown mengatakan...

Turut berduka cita ya Pastor, semoga almarhum diterima di sisi Tuhan YME & keluarga yang ditinggalkan tabah ....

Suster Pasionis mengatakan...

Turut berdukacita, semoga kasih semua orang yang mengasihinya membawa kebahagian abadi di surga bersamaNya.Saya juga telah merasakan apa artinya kehilangan orang yang kita kasihi.Doa saya untuknya dan keluarga yang ditinggalkan.

Rosiany T.Chandra mengatakan...

Aku bisa merasakan bagaimana kehilangan orang yang amat kita kasihi..
Doaku menyertai almarhum,agar diberi tempat yang terbaik dan kepada seluruh anggota keluarga yang ditinggalkan diberi kekuatan
dan ketabahan..

Adrian Hartotanojo fc mengatakan...

Requiescat in pace, Mas Nono. Satu dalam doa, Mo Heri. Tuhan beserta kita.

Heri Kartono mengatakan...
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
Heri Kartono mengatakan...

Terima kasih atas perhatian, doa dan simpati anda sekalian. Mas Nono telah dimakamkan secara Islam dihadiri banyak kalangan masyarakat: sopir, polisi, juga pak Camat. Dia tidak punya jabatan apapun, tapi pergaulannya luas. Bupati Cirebon beberapa kali menghubunginya untuk minta bantuan. Untuk mempermudah kontak, mas Nono mendapat HP khusus dari pak Bupati.

Mas Nono mempunyai seorang sahabat sejak muda, namanya Kuncoro. Mereka sahabat sejati. Saya dengar, mas Nono meninggal dipangkuan Kuncoro, sahabat sejatinya, disaksikan keluarganya.

Unknown mengatakan...

Turut berduka cita kepada Romo dan keluarga lainnya, terutama istri an anak2 dari pak Karsono. Saat seperti ini saya selalu ingat tulisan pater Henry Nouwen (kutipan bebas) ...'pada saat kita melepaskan orang yang kita cintai, kita seperti di pinggir suatu pulau. Semakin lama semakin jauh dari pandangan kita, tetapi di sisi pulau lainnya Dia menunggu kedatangan orang yang kita cintai tersebut'...

Unknown mengatakan...

romo.... ikut berduka cita ya romo, sedalam dalamnya samudra. semoga arwahnya ditrima & di sambut di atas sana dengan senyum :) dan diberikan ketabahan bagi keluarga yg ditinggalkan. *hugs* Ria & Edward

Unknown mengatakan...

Turut berduka cita Romo,
Teriring doa dari kami sekeluarga,semoga almarhum diterima di sisiNYA.

yovitamaria mengatakan...

Turut berduka cita Romo,teriring doa dari kami sekeluarga,
semoga diterima dan diberi pengampunan.

Unknown mengatakan...

Semoga arwah almarhum Mas Nono beristirahat kekal di surga.

Anonim mengatakan...

Dari :Putri Cina
Turut berduka cita .
Semoga Mas Nono diberi kehidupan kekal di surga.Semoga keluarga yang ditinggalkan
diberi kekuatan dan ketabahan.Amin