Minggu, 14 September 2008

Agats-Asmat 2.



NANGKA PAK!

Bepergian ke Agats/Asmat selalu menyenangkan, serasa ke negeri entah berantah. Wilayah Asmat terletak di tengah hutan belantara Papua dan dikelilingi sungai-sungai maha besar. Nyaris seluruh tanah Asmat berlumpur sehingga jalanan dan rumah-rumah didirikan sekitar 2 meter dari atas tanah. Ini kali kelima saya berkunjung ke Agats, ibu kota Asmat. Saya berangkat dari Jakarta bersama Tom Carkhuff, propinsial dari AS. Kami naik Garuda berangkat jam 23.30 WIB. Pesawat transit di Denpasar kemudian langsung ke Timika. Sampai di Timika jam 6.30 pagi waktu setempat. Virgil Petermeier (pimpinan OSC Papua), Allo dan Frans sudah menunggu di bandara. Kami memang akan langsung meneruskan perjalanan ke Agats, dengan pesawat Twin Otter Merpati.

Saat saya menulis ini, kami sedang menunggu pesawat lanjutan ke Agats. Menurut kabar, cuaca di Agats hujan dan berkabut, jadi pesawat terpaksa menunggu dulu sampai cuaca dinyatakan OK. Virgil rupanya kenal baik pimpinan bandara. Jadi, kami boleh menunggu di kantornya yang ber-AC dan ada jaringan internet lagi,.. asyiiik juga punya kenalan orang yang tepat!

Ruang pak kepala terasa sejuk dan nyaman sekali. Soalnya, di ruang tunggu umum, selain panas, penuh sesak, baunya juga minta ampun, terutama bau ayam dengan segala tai-nya. Penumpang ke Agats atau ke pedalaman lain, memang banyak yang membawa ayam (hidup). Ayam-ayam malang itu dijejalkan dalam keranjang plastik mereka. Kata petugas, kadang-kadang ada juga penumpang yang nekat bawa anak babi. 

Ada ceritera. Pernah ada penumpang bawa anak babi. Petugas yang melihatnya, melarang dia masuk. Tanpa membantah, diapun pergi. Tak lama kemudian, penumpang ini datang lagi memanggul sebuah karung ukuran sedang. Dengan curiga petugas bertanya: "Bawa apa itu?". Penumpang menjawab: "Nangka pak!".  Akhirnya petugaspun mengijinkan dia masuk pesawat dengan karung nangka-nya itu.

Saat pesawat sudah terbang tinggi, ternyata karung itu mulai bergerak-gerak bahkan mulai menguik keras. Rupanya isinya bukan nangka melainkan anak babi. Petugaspun berang dan langsung menghardik: "Tadi aku sudah tanya dan kamu bilang itu nangka, padahal anak babi?!". Dengan kalem si penumpang menjawab: "Betul pak, ini memang anak babi, namanya si NANGKA!"

Timika, 6 September 2008.

Heri Kartono,OSC.



 

 

2 komentar:

Rosiany T.Chandra mengatakan...

Bandara Agats pake paving block landasannya?Tampak sederhana ya,seperti halte.
Miris juga ya berfoto di tengah puing2
sisa bencana.:( :(

Sian

Heri Kartono mengatakan...

Bukan paving block tapi batangan besi dan kasar. Kalau mendarat, terasa seperti naik truk, terguncang-guncang tapi ya aman juga sih. Hanya, kalau kebablasan, bisa langsung nyemplung sungai lebaaar!
HK.