Selasa, 16 Februari 2010

Ustadz H.Asep Zaenul Falah


BARU TAHU ADA PUASA!

“Saya baru tahu kalau orang Katolik itu berpuasa juga!”, ujar Ustadz Haji Asep Zaenul Falah saat mendengarkan uraian Pastor Ch.Harimanto OSC. Beberapa pengiring Ustadz yang ikut hadir juga mengangguk-angguk, mengiyakan apa yang dikatakan Ustadz pimpinan sebuah pondok pesantren ini. Ustadz Asep dan Pastor Harimanto diundang oleh seksi HAAK dan seksi KKS paroki St.Helena, Curug untuk berbicara tentang puasa dan pantang menurut agama Islam dan Katolik (14/02/2010).

Puasa, menurut agama Islam, adalah suatu keharusan. “Dalam agama Islam segala sesuatu harus ada perintah atau larangan sebagai dasar hukumnya. Nah, puasa adalah wajib, hukumnya”, jelas Ustadz. Kemudian dengan suara lantang Ustadz Asep mendaraskan kutipan Al Quran yang menjelaskan tentang perintah puasa. Lebih lanjut Ustadz memaparkan bahwa orang yang batal berpuasa, harus menggantinya pada kesempatan lain. “Bila ada orang yang karena alasan kuat tidak dapat menjalankan puasa, maka ybs harus menggantinya dengan sodakoh alias berbuat amal!”, tutur Ustad yang kerap menjelaskan dengan contoh-contoh lucu ini.

Ustad tersenyum-senyum kecil saat mendengarkan penjelasan bahwa orang Katolik puasanya ringan: tidak boleh makan daging dan hanya boleh makan kenyang satu kali. Melihat itu Pastor Harimanto menambahkan: “Dalam masa Pra Paskah, yang pertama-tama ditonjolkan memang bukan puasanya melainkan pertobatan!”, ujarnya. Kemudian, sambil berpaling pada Ustadz, Harimanto menambahkan: “Umat Islam berpuasa hanya 30 hari. Kalau kami lebih panjang, 40 hari pak Ustadz!”, ujar Harimanto disambut tawa hadirin.

Heri Kartono, OSC (dimuat di Majalah HIDUP edisi 07 Maret 2010).

Minggu, 14 Februari 2010

Paroki Santa Helena




ALASAN PENUGASAN!

Sejak 1 Februari 2010, saya pindah tugas ke paroki St.Helena, Lippo Karawaci, Tangerang. Lokasi Gereja dan pastoran agak tersembunyi di komplek perumahan Lippo Karawaci. Keseluruhan komplek ditata dengan amat baik. Orang merasa seperti tinggal di suatu perumahan di luar negeri, saking teraturnya. Tak jauh dari gereja, terdapat Rumah Sakit Siloam yang bertaraf internasional. Lebih jauh beberapa ratus meter, ada Super Mall yang megah dan serba lengkap.

Meski termasuk Paroki baru, namun sudah sangat maju, sekurangnya dari segi sarana. Gedung gereja bisa menampung 1000 jemaat. Lahan parkir juga luas. Menurut pak Satpam, pada hari besar, lahan parkir bisa dipaksa memuat lebih dari 400 mobil. Tentu saja dengan cara sedikit darurat. Kalau hanya 300-an mobil, tempat parkir relatif leluasa.

Saat ini sedang dibangun gedung serba guna dan perkantoran yang besar dan memadai. Panitia pembangunan masih sibuk mencari dan mengumpulkan dana. Sepertinya mereka optimis bahwa pembangunan akan selesai pada waktunya.

Jumlah umat di paroki ini 6.175 jiwa. Komposisi umat lumayan heterogen. Dari tukang tambal ban hingga boss yang biasa menggunakan pesawat helicopter, ada di sini. Paroki dibagi dalam 9 wilayah, 39 lingkungan. Kesan saya, keterlibatan umat dalam hidup menggereja amat baik. Banyak umat dengan pendidikan dan kemampuan yang tinggi ikut terlibat dalam aktivitas gereja.

Ketika pertama kali saya datang, saya langsung senang. Soalnya, keseluruhan lingkungan memungkinkan saya untuk bersepeda. Dan memang, hampir setiap hari saya bersepeda untuk olah raga, pagi atau sore. Di komplek perumahan yang bagus ini, saya sering melihat banyak gadis-gadis muda bergerombol, terutama sore hari. Mereka adalah para pembantu atau baby sitter yang sedang ngerumpi dengan sesama pembantu. Beberapa kali, saat saya melewati mereka, saya terkejut. Semua gadis-gadis itu berbicara dalam bahasa yang sangat familiar di telinga saya: bahasa Brebes-Tegal. (Saya ini orang Ciledug yang lahir di Cirebon. Namun sejak tahun 1973, orang tua pindah ke Brebes. Sampai sekarang saudara-saudara saya banyak yang masih tinggal di Brebes. Karena itu saya sering disebut sebagai orang mBrebes!)

Saat pastor Anton Subianto OSC, wakil propinsial datang, saya ceriterakan tentang para pembantu rumah tangga itu. Dengan santai pastor Anton berkata: “Justru karena itu pastor di tempatkan di paroki ini; menjadi pelindung mereka!!”

Heri Kartono.

Rabu, 10 Februari 2010

Andreas Gurusinga OFMConv.


PEMBEKALAN YANG BERGUNA

“Ternyata mengurus perkawinan di Keuskupan Agung Jakarta rumit, tidak seperti di keuskupan tempat saya bekerja sebelumnya. Kasus-kasus yang berkaitan dengan perkawinan, di Ibu Kota ini lebih pelik dan kompleks, perlu penanganan yang benar. Kalau perkawinan diurus secara salah atau tidak cermat, akan membawa sejumlah konsekuensi yang dapat merugikan!”, ujar Pastor Andreas Gurusinga OFM.Conv. Andreas adalah satu dari 27 imam baru di KAJ yang mengikuti acara Introduksi Pastoral KAJ di Villa Via Renata, Puncak (26-28 Januari 2010). Pastor yang ditahbiskan tahun 2002 ini mengaku bahwa acara Introduksi amat baik dan bermanfaat. “Penjelasan yang disampaikan, termasuk seluk-beluk pengurusan perkawinan, bermanfaat sekali”, sambungnya.

Dalam acara dua hari itu selain soal pengurusan Perkawinan, dibahas juga topik-topik lain seperti Visi dan Misi KAJ; Cara Berpastoral di KAJ; serta Tata Tertib Keuangan.

Andreas menyadari bahwa dirinya serta rekan-rekan imam lainnya datang dari keuskupan yang berbeda-beda. Dengan demikian, cara kerja, kebiasaan maupun aturan bisa saja berbeda-beda, seperti soal pengurusan perkawinan itu. Ia juga memahami sepenuhnya apa yang disampaikan Sekretaris Keuskupan, Rm. Yohanes Purbo Tamtomo Pr agar para imam tidak membawa kebiasaan berpastoral dari tempatnya semula begitu saja. “Kami ini datang dari tempat yang berbeda. Saya sendiri datang dari Medan. Ada rekan imam yang sebelumnya bekerja di Flores, Papua bahkan China dan Roma. Jadi wajarlah perlu ada aturan main yang sama!”, ujar Andreas.

Acara pembekalan bagi para imam yang baru mulai berkarya di KAJ ini dihadiri juga oleh Yulius Kardinal Darmaatmaja SJ dan Mgr. Ign.Suharyo Pr. Keduanya tidak hanya hadir namun juga memberi masukan, harapan serta pandangannya. “Mgr. Ign.Suharyo Pr itu statusnya sama dengan saya lho. Soalnya, beliau kan masih baru juga, jadi perlu di-introduksi!”, ujar Andreas berkelakar.

H.Kartono, OSC (dimuat di majalah HIDUP edisi 14/02/2010).

Senin, 08 Februari 2010

Harrison B. Lukman


Mrs. FRANCES IKUT MEMBELI!

Saat parokinya, St. Helena Lippo Karawaci, membangun Gedung Serba Guna, Harrison tergerak untuk membantu. Semula remaja kelas 10 (1 SMA) Tunas Muda International School ini hendak berjualan di samping Gereja. Ibunya, Mita Lais, kurang setuju dengan gagasan itu. Akhirnya Harrison yang mahir berbahasa Inggris ini memutuskan untuk berjualan di sekolahnya sendiri. Dengan dukungan ibunya, Harisson membuat Fried Cheese Meatball hingga larut malam.

Di sekolah, tanpa canggung Harrison menjajakan makanan buatannya kepada siapa saja yang berminat. Ada juga yang menanyakan alasannya berjualan. Dengan santai Harrison menjelaskan bahwa ia sedang mengumpulkan dana untuk pembangunan di Gerejanya. Ternyata sambutan teman-temannya antusias. Yang membuatnya terharu dan bangga, Mrs. Frances Hazle, Kepala Sekolah asal Scotland, juga ikut membeli makanan buatannya. Hari itu dagangannya habis terjual. Selanjutnya seminggu sekali Harrison mengulangi jualannya. Makanan yang ia buat bervariasi mulai dari Cheese Sticks, Chicken Brown Sugar, Cheese Finger sampai Pudding. Resep aneka makanan tsb ia ambil dari TV dan sebagian dari Internet. Akhirnya, sesudah satu bulan berjualan, terkumpullah uang sebanyak Rp384.000,-

Ketika Harrison hendak menyerahkan uang hasil usahanya itu kepada pastor, ibunya sempat ragu. “Banyak donatur yang menyumbang Gereja jutaan rupiah. Jangan-jangan anak saya malah ditertawakan!”, ujar ibu Harrison memberi alasan. Untunglah sambutan Pastor Paroki amat baik dan ramah. “Saya senang sekali bisa sedikit membantu Gereja”, ujar remaja yang gemar menggambar ini dengan polosnya.

Heri Kartono, OSC (dimuat di Majalah HIDUP edisi 28/02/2010).

Jumat, 05 Februari 2010

Lilis Setyawati


SI ENDUT!

Lilis adalah seorang karyawati yang mempunyai banyak kelebihan. Ia kreatif, ulet, rajin dan memiliki loyalitas tinggi. Tidak heran bahwa Boss-nya menaruh kepercayaan besar padanya. Begitu percayanya Boss, sampai-sampai untuk membuka e-mail-pun ia percayakan pada Lilis. “Tolong cek e-mail saya setiap hari. Jangan lupa ganti pass-word nya secara berkala!”, begitu pesan Boss yang berbadan subur itu.

Lilis mentaati pesan atasannya. Setiap hari ia mengecek e-mail yang masuk sambil memeriksa bila ada e-mail yang harus segera ditindak-lanjuti. Tak lupa, seminggu sekali ia mengganti pass-word demi keamanan. Setiap kali ia mengganti pass-word, ia memberitahukannya karena sewaktu-waktu Boss membuka e-mail sendiri.

Suatu hari, entah mengapa, Boss mendamprat Lilis lumayan keras. Lilis amat kesal karena merasa tidak bersalah. Kekesalannya ia lampiaskan saat ia mengganti pass-word. Dengan perasaan kesal ia tulis pass-word baru: SI ENDUT! Tapi, pass-word baru ini tentu saja tidak ia beritahukan pada sang Boss yang memang endut.

Keesokan harinya, tanpa diduga Boss telpon: “Lis, saya tidak bisa buka internet. Pass word-nya diganti ya?” Tentu saja Lilis kelabakan. Ia tak mengira pagi itu Boss akan membuka e-mail sendiri. “Pak, saya bantu saja ya? Saya buka dari tempat saya!”, ujar Lilis mencoba membujuk. “Saya lagi buru-buru. Cepat, apa pass-word nya?”, ujar Boss tak sabar. Meskipun terpojok, Lilis tak kehilangan akal. Dengan suara semanis mungkin Lilis menjawab: “Baik pak. Pass-wordnya saya eja ya…S-I--E-N-D-U-T!”. Sejenak kemudian, terdengar suara Boss: “Jadi pass-word-nya SI ENDUT?????!!”. Dengan lemas bercampur takut Lilis menjawab: “Iya paaaak…….Si Endut!”.

Heri Kartono.