Senin, 11 Januari 2010

Cirebon 2 (Heri Kartono)





PIYAMA OH PIYAMA…….

Beberapa waktu yang lalu, saya pergi ke Pasar Kanoman untuk membeli kain piyama. Kain piyama ini langsung saya jahitkan. Di bagian pojokan pasar memang ada ibu-ibu yang menerima jahitan. Sesudah selesai, saya coba ternyata enak dipakai dan warnanya juga OK. Waktu itu saya hanya membuat celananya saja karena saya biasa memakai kaos oblong untuk bagian atasnya.

Beberapa hari kemudian, saya pergi lagi ke pasar Kanoman untuk membeli kain yang sama. Berhubung sudah ada celananya, kali ini saya hanya ingin membuat baju atasannya saja. Ternyata kain yang tersedia ukurannya “tanggung” alias tidak bisa dipotong. Saya diminta untuk membeli semuanya (kelebihan sekitar setengah meter). Dengan santai saya berkata: “Boleh ngutang nggak?”. Si ibu juga menjawab dengan santai pula: “Bapak ini gagah-gagah ngutang!”. Karena dibilang gagah, langsung saya bayar kontan.

Kain itu saya bawa ke jalan Talang, tidak jauh dari Pasar Kanoman. Di situ ada beberapa tukang jahit yang selalu stand by di pinggir jalan. Sayapun memberikan kain untuk dijahit. Saya jelaskan bahwa saya ingin membuat baju piyama. Ibu Asroh, penjahit yang masih muda dan berpenampilan rapih, langsung mengukur badan saya. “Selesainya lima hari lagi ya pak!”, kata ibu Asroh.

Persis lima hari kemudian, saya menemui ibu Asroh untuk mengambil jahitan. Ibu Asroh menyambut saya dengan wajah berseri-seri: “Mau ambil baju ya pak? Sudah selesai kok!”, ujarnya sambil menyodorkan jahitan yang sudah rapih diseterika itu. Saya terkejut sekali ketika melihat jahitan itu. Soalnya, bukan baju piyama seperti yang saya kehendaki melainkan baju resmi yang tentu saja bukan untuk tidur. “Bu Asroh, kok baju resmi, bukan piyama?”, kata saya. Dengan tersipu bu Asroh menjawab: “Iya pak, maaf. Waktu itu, sesudah bapak pergi, saya ragu-ragu, apakah diminta membuat baju piyama atau baju resmi. Soalnya kainnya bagus sih pak!”, jawabnya dengan polos……..

Di rumah, saya tunjukan “baju piyama” itu lengkap dengan celana piyamanya. Pastor Yuwono, pastor Kushardjono dan pastor Purwo tertawa terpingkal-pingkal melihat kombinasi piyama model terbaru itu…….

Heri Kartono.

7 komentar:

triastuti mengatakan...

dear Romo Heri, kalau saya ini orangtua dg gigi palsu, mungkin gigi palsu saya udah copot semua gara-gara gempa bumi di mulut saya, habis ketawa terpingkal-pingkal sejak saya baru sampai di alinea kedua tulisan kisah piyama ini. Hihihihi. Siapa tahu piyama model baru hasil "mutusin sendiri" Ibu Asroh ini disukai banyak orang, nanti dikasi merek Asri, Asroh dan Heri, hihihihi

Lucas Nasution mengatakan...

tidak pelak lagi ! anda makin gagah pater !!

JP Isnaryono DS mengatakan...

oalah...piyama...piyama...
kalo kamu itu bersama saya,
pasti tenang2 saja, tak ada masalah.
tapi kalo kamu bersama Rama Heri
jadi heboh gegap gempita begitu...


suatu saat saya pengen lihat
pada suatu undangan pernikahan
piyama itu tidak sengaja terpake..
he..he..he..

Rosiany T.Chandra mengatakan...

Rasanya 'piyama' ini perlu dipake kalau nginap di hotel berbintang,agar resmi pula tampaknya saat berangkat ke peraduan....ho ho ho ho...Cerita ini akan bikin saya senyum senyum seharian barangkali..

Unknown mengatakan...

Wuuiiihh.. ternyata orang Cirebon memang cerdas dan kreatif! Ha ha ha haa... Ngak papa Romo, siapa tahu dengan tidur memakai "piyama formal" mendapat mimpi yang lebih indah. hue he he he...

Unknown mengatakan...

hahahaha Romo Heri, mungkin krn habis dibilang gagah dan bayar kontan jd PD nya gede bgt, hahahaha,
Ibu Asroh sgt berbakat dlm mendesain piyama, siapa tau itu desain piyama terbaru, kan lumayan Mo, bisa buat jjs, jalan jalan sore di komplek ya Mo, selamat mencoba pasti byk yg melirik, hihihi

Unknown mengatakan...

Atasannya lumayan bisa dwi-fungsi, Romo. Bisa untuk piyama juga untuk baju resmi ya. Hehehe..