Rabu, 03 Juni 2009

Sr. Reynelda Saragih FCJM.


SEPERTI BATUK DAN PILEK

“Penyakit Aids di sini, seperti penyakit batuk dan pilek di negara kita, banyak sekali  yang terjangkit!”, ujar Sr.Reynelda Saragih FCJM dengan nada prihatin. Suster yang sudah 10 tahun bertugas di Malawi, Afrika ini memang pantas prihatin. Bagaimana tidak, di antara 1000 murid di sekolah tempatnya mengajar, sekitar 300 murid sudah positif mengidap penyakit tersebut.

Di dekat sekolahnya ada klinik. Dahulu klinik ini milik suster FCJM namun kemudian diserahkan kepada pihak pemerintah. Setiap murid sekolah, diwajibkan untuk secara berkala diperiksa kesehatannya di klinik tersebut. Mereka yang positif terkena Aids, diberi obat secara cuma-cuma. Obat-obatan disediakan oleh pemerintah. “Yang memprihatinkan juga, tidak hanya para murid, bahkan para gurupun terkena penyakit ini. Lebih dari separuh guru di sekolah kami terjangkit Aids. Gejala seperti ini terjadi hampir di seluruh Malawi”, ujar suster asal Sumatera Utara ini.

Epidemi penyakit Aids di negara yang berpenduduk 14 juta ini memang tinggi. Dilaporkan, di Malawi setiap jam ada 8 orang yang meninggal karena Aids. Demikian juga 70% kematian di Rumah Sakit, disebabkan karena Aids. Tidak heran bahwa dunia internasional menaruh perhatian serius terhadap Malawi.

Mengganasnya penyakit Aids, merusak tatanan sosial dan ekonomi di Malawi. Negara yang sudah miskin ini, makin terpuruk lagi oleh situasi tsb. Di luar tugasnya mengajar agama dan matematika di sekolah, Sr.Reynelda juga ikut membantu membagi-bagi makanan kepada penduduk yang kelaparan. “Setiap hari puluhan orang antri di depan susteran, menunggu jatah makanan”, ujarnya saat berkunjung ke Roma beberapa waktu yang lalu. “Kami sendiri juga hidup sederhana. Tiap hari kami makan jagung. Makan nasi seminggu sekali, karena beras memang sulit diperoleh. Air bersih juga sulit didapat. Jadi kami betul-betul mandi hanya seminggu dua kali”, ujar suster Reynelda sambil tertawa.

Heri Kartono, OSC. (Dimuat di Majalah HIDUP edisi 28 Juni 2009).

10 komentar:

Unknown mengatakan...

Saya sungguh prihatin membaca tulisan Pastor tadi, saya sudah membayangkan bagaimana sulitnya hidup di daerah misi. Salut ya buat Sr. Reynelda,FCJM. Tuhan memberkati ...

Anonim mengatakan...

Titip salam untuk guru SD saya, Br. Martinus Dariyo FIC yang juga tugas di Malawi.

Dari,
Cosmas

JP Isnaryono DS mengatakan...

2 kali berturut-turut Romo Heri menulus tentang biarawati, tentang suster.

ada 2 jalan ke sorga:
yg satu jalan tol, mulus dan lurus, steril, sperti di sekitar kota Maastricht itu....
yg lain jalan terjal, berkelok, bergunung dan berjurang, berdebu seperti jalan di Malawi...

dan aku dipersimpangan pun belum nyampe...

Anonim mengatakan...

salut, hebat!
nah, mo, apa beda suster dan pastur? per pasturan banyak contoh [sekitar kita nampak frater, berbaur dg mudika, dengan BIA, di misa suka bantu2, bisa study keluar kaya romo, bisa ke roma, kayaknya asik2 aja jadi pastur mah] suster selalu cerita sedih, menderita, [model Bunda Teresa]gimana mau terpanggil? memang urusan Roh Kudus, tapi kita orang tua nya kog berat ya?
ayo cerita suster yang lebih seru mo.

salam

Heri Kartono mengatakan...

Itu susahnya tugas di luar negeri, seperti saya di Roma ini. Disangkanya asyik-asyik aja, padahal memang asyik hehe... Tapi, jujur, saya lebih menikmati, misalnya saat tugas di Kabanjahe, Sumatera Utara. Tiap hari ke kampung-kampung (ada 81 stasi!).

Makanya, meski tugas di Roma memang asyik, saya tidak bersedia diperpanjang lagi.
Menurut saya sih tempat tugas memang ikut mempengaruhi tapi yang lebih penting, bagaimana kita menghayati dan melaksanakan tugas kita. Kalau hati kita ada pada pekerjaan kita, dimanapun kita ditempatkan, kita bisa enjoy kok! Sekurangnya itu pengalaman saya 25 tahun jadi pastur!
Terima kasih atas komentarnya. Kok pake anonim?

Lucas Nasution mengatakan...

salut untuk karya nyata - gereja dikecam karna mengharam kan kondom - tapi paling tidak ada karya nyata suster2 ini

Unknown mengatakan...

romo, kok kasus aids banyak banget ya di malawi? penyebabnya apa ya romo? maksut saya, kalo kita bisa nemuin akar masalahnya khan siapa tau, bisa berbuat lebih banyak lagie untuk mereka.

Anonim mengatakan...

jangankan di Malawi...di Papua aja dah banyak banget yg kena Aids...
Btw... pasti bukan hal mudah utk Sr.Reynelda untuk berkarya disana sebagai manusia biasa, tapi Tangan TUHAN menjadikannya luar biasa...Selamat berkarya Suster....
Mo..kalo ga mau diperpanjang..berarti ...pulang indonesia donk.....asyik..asyik... :), ditunggu..

Theresia Ang Le Tjien mengatakan...

Saya malah berkomentar untuk tanggapan komentar Romo, Benar sekali untuk segala tugas yang penting adalah bagaimana kita menghayati tugas itu,Kalau hati kita ada pada pekerjaan kita, dimanapun kita ditempatkan, kita bisa enjoy kok! dan dengan hati kita itu pula kita sungguh bisa membuat tugas kita benar-benar bermanfaat untuk orang lain.

triastuti mengatakan...

Trimakasih Romo Heri, kecintaan kepada Tuhan dan pekerjaan yang Dia percayakan ternyata mengalahkan segala daya tarik duniawi dan berbagai kenyamanan yang ditawarkannya. Melalui karya pengabdian, pengorbanan, dan pelayanan rohaniwan/i seperti Sr Reynelda dan Romo Heri-lah kerajaanNya di bumi ini menjadi kenyataan