Rabu, 10 Juni 2009

Louis Gouveia


BUKAN MENOLAK!

Ketika pertama kalinya datang ke Indonesia (1983), Louis Gouveia mengira akan sulit menemukan Gereja. Maklum, ia mendengar bahwa Indonesia adalah negara dengan penduduk beragama Islam terbesar di dunia. Sebagai “Negara Islam” terbesar di dunia, ia juga membayangkan bahwa kehidupan di Indonesia akan sama dengan negara-negara Islam di Timur Tengah. “Saya merasa sedih, karena tanpa pergi ke gereja pada hari Minggu, hidup saya seperti tidak lengkap”, kenang pria asal India ini. Perusahaan tempat ia bekerja, saat itu menempatkannya di kota Bandung.

Ketika tiba di Bandung, ia merasa gembira sekali. Ternyata gereja ada di mana-mana. Yang mengherankannya, pada hari Minggu semua gereja penuh dengan umat. “Di Katedral, tempat saya dahulu sering datang, setiap misa selalu dipadati umat. Padahal, pada hari Minggu ada 5 kali Misa!”, ujar Louis dengan nada kagum.

Suatu hari ia mendengar bahwa di Bandung ada kelompok ex-patriat yang menyelenggarakan misa dalam bahasa Inggris. Ia dan keluarganya kemudian bergabung dengan kelompok ini. Beberapa bulan kemudian, ia malah dipercaya menjadi koordinator. “Dahulu, misa dalam bahasa Inggris hanya untuk kelompok ex-patriat. Namun, sejak orang-orang asing makin berkurang, misa yang diadakan di biara OSC Jln.Sultan Agung 2 ini, terbuka bagi siapa saja. Misa diadakan setiap hari Minggu jam 10.00 pagi, sesudahnya ada acara ramah-tamah”, jelas Louis bernada promosi. Sebagai koordinator, ia merasa gembira karena rupanya misa berbahasa Inggris banyak diminati. Gereja selalu penuh.

Saat bertemu di Roma, saya mengusulkan sesuatu pada Louis. Ia langsung menggeleng-gelengkan kepalanya. Saya mengira Louis menolak usulan saya. Rupanya tidak, ia justru sangat setuju bahkan merasa terharu. Ketika disinggung soal “geleng kepala”-nya itu, Louis menjelaskan: “Kalau kepala saya tidak bergoyang saat berbicara, namanya bukan orang India!”, ujarnya sambil menggeleng-gelengkan kepalanya….(Foto: Louis paling kiri, berjanggut & berkaos loreng, bersama keluarga besarnya. Berkunjung ke Roma: 2-5 Juni 2009).

Heri Kartono, OSC.

 

 

8 komentar:

JP Isnaryono DS mengatakan...

sepulang dari Roma
jika ke Bandung lagi
Mr Louis akan melihat
hingar bingarnya pil-pres
dan jika rakyat ina salah pilih
gereja bisa bener2 terancam kelangsungan hidupnya

ngeri deh....

Unknown mengatakan...

Hallo Romo Heri, rumah Tuhan memang selalu bikin kangen, sampai-sampai pak Louis merasa tidak lengkap tanpa mengunjunginya. Aca!aca! Btw, dari namanya, saya kira beliau berasal dari Perancis, eh..ternyata nehi!nehi! dari India ya...Salam.

Lucas Nasution mengatakan...

di KL sini misa berbahasa melayu terbilang langka - defaultnya bahasa inggris - namun ada satu gereja yang biasa kami datangi jika rindu misa melayu - buku yang dipakai dari indonesia, lagu dari indonesia, mayoritas hadirin dari sabah/sarawak.
Bahasa melayu sudah tentu bahasa indonesia juga (atau sebaliknya lah) - tapi ada beberapa kata yang makna berbeza, misal "ahli" - ahli taurat - ahli disini bermakna : anggota bukannya pakar

Rosiany T.Chandra mengatakan...

Tadi pagi saya dan keluarga sedang breakfast roti canai di resto orang india.Pelayannya memang geleng2 kepala sewaktu kami minta tolong untuk mengambilkan foto kami.Saya jadi ketawa sampai terjatuh dari kursi sewaktu membaca blog anda ini.Ha ha ha..

triastuti mengatakan...

Senang saya Romo membaca kisahnya pak Louis, umat Kristen di manapun selalu seperti keluarga sendiri atau kawan lama bila saling berjumpa, walau jumpa di negeri asing dan belum saling kenal. Saya juga mengalami sewaktu saya tinggal 3 thn di Kuala Lumpur dan diterima dengan begitu hangat oleh umat Katolik Malaysia di sana. Setelah kami tinggal di Milan, juga disambut oleh umat Philipina di gereja Maria della Carmine dan pastor paroki yang orang Italia, mereka langsung akrab dengan kami tanpa banyak prosedur berkenalan yang formal. Umat Italia sendiri juga banyak yang ramah dan baik walau masih banyak juga yang tidak menyapa dan memandang dg tatapan yg tidak friendly

triastuti mengatakan...

Oh ya, nambah dikit ya Romo Heri..selama saya tinggal di Malaysia maupun Italia, orang selalu heran kalau saya bilang saya Katolik. Mereka selalu bertanya dg keheranan.. lho ada Katolik juga to di Indonesia ? Jawab saya, tentu..! Sekitar 20 juta orang, haha...dan semangat-semangat lhoo..! Kegiatannya banyak, umatnya kompak, dan pelayan-pelayan umat nya pada jempolan

luki susanti mengatakan...

Pastor Heri yang baik, ternyata...bahasa tubuh yang sama belum tentu sama artinya bila beda budaya ya. lumayan... nambah wawasan haha...

eds mengatakan...

huahuahuahuaa.... acai acai !!! di singapur juga banyak banget loh umat yg dateng (padahal, misa nya dilakuin dengan banyak variasi waktu), PLESSSSS... ada misa indo selalu SETIYAP minggunya :) ada mudika, legio maria, ampe ibu2 WK yg selalu masak / jualan makanan selepas bubaran misa ! :P