Minggu, 27 Februari 2011

Detti Kesuma



TERINGAT LIBYA

Libya diguncang kerusuhan. Keinginan rakyat untuk menggulingkan pemimpin mereka, Moammar Khadafy, dibalas dengan tindak kekerasan. Korbanpun berjatuhan. PBB memperkirakan lebih dari 1000 orang tewas dalam kerusuhan. Dunia prihatin dan cemas atas krisis yang sedang terjadi di Libya. Satu diantara orang yang amat cemas adalah Detti Kesuma, seorang ibu muda. Maklumlah, ia bersama keluarganya selama 2 ½ tahun tinggal di Tripoli, ibu kota Libya. Baru setahun mereka kembali ke tanah air dan menetap di Jakarta.

Detti mengaku terkejut dengan maraknya kerusuhan di Libya. Seingatnya, orang-orang Libya itu cenderung santai dan menikmati hidup. Jadi bukan tipe yang agresif. “Kalau kami pergi ke suatu toko, tidak jarang pemiliknya sedang minum kopi sambil ngobrol dengan tetangga sebelah. Mereka baru datang melayani bila pembeli sungguh-sungguh mau membeli sesuatu!”, kenangnya.

Umat Katolik di Tripoli amat akrab satu sama lain. Mungkin karena jumlahnya tidak terlalu banyak. “Saya mengenal baik Mgr. Giovanni Martinelli OFM, uskup Tripoli dan para suster Missionaries of Charity yang berkarya di Tripoli”, ujarnya lagi. Sampai saat ini Detti mengaku masih berkontak dengan warga katolik yang dikenalnya dahulu. Kontak biasanya dilakukan lewat jejaring Facebook atau telpon.

Gereja Katolik di Libya mempunyai beberapa kekhususan, sebagaimana disampaikan Detti: “Kami biasanya pergi ke Gereja pada hari Jumat. Sebab di Libya, hari libur resmi adalah Jumat, bukan Minggu”, tuturnya. Paroki St.Fransiskus, satu-satunya gereja Katolik di Tripoli umumnya dikunjungi umat expatriat, antara lain dari Filipina dan Nigeria. “Tidak jarang umat membawa tradisi dari negaranya. Misalnya, tidak sedikit umat yang membawa persembahan in natura, seperti membawa kalkun hidup di dalam gereja”, kenang wanita berwajah teduh ini. Detti amat berharap semoga kerusuhan yang terjadi di Libya, dapat segera berakhir dengan baik. (Foto: Detti bersama mami dan anak)

Dimuat di Majalah HIDUP edisi 20 Maret 2011

Heri Kartono, OSC

2 komentar:

Rosiany T Chandra mengatakan...

Lybia pasti menjadi 'tempat singgah' yang memperkaya pengalaman hidup. Mbak Detti, wanita disana apa di haruskan pake cadar ya? Jika iya, tentu akan mengasyikkan juga ya mencoba melihat segala sesuatu dari balik cadar.Ha ha.Trims Romo untuk tulisan yang menarik ini.

JP mengatakan...

belum lama tidak membuka blognya Romo Heri, e..ternyata udah ketinggalan 5 tulisan.

baru2 ini ada brosur yg menawarkan tour ke luar negri, gratis. ee...ternyata tawaran tour ke libia. setor nyawa kali..hi..hi...