Minggu, 24 Mei 2009

Roma, Musim Panas (Heri Kartono)



POTRET EMPAT MUSIM

Hari Sabtu siang (23 Mei 2009) saya nonton Euro Beach Soccer Cup. Lokasinya di lapangan Circo Massimo yang disulap menjadi “stadion mini tepi pantai”. Yang bermain saat itu antara grup Hungaria melawan Swizerland. Sebelum pertandingan usai, saya sudah keluar dari stadion, tidak tahan panasnya.

Ketika saya sedang berjalan santai sendirian, masih di dekat Circo Massimo, tiba-tiba datang serombongan gadis-gadis sambil menunjukkan kamera. Saya pikir mereka minta tolong untuk memotretkan. Rupanya tidak. Mereka minta berfoto bersama saya satu per satu. Ketika saya tanya untuk apa, mereka mengatakan tugas dari sekolah. Kemudian salah satu menjelaskan bahwa tugas yang diberikan guru adalah berpotret dengan seorang turis asing dalam cuaca empat musim.

Seorang gadis berambut pirang, sedikit centil, mulai berpose di samping saya. Ketua regu berteriak: “Primavera!” (Musim Semi). Maka si gadispun berpose dengan wajah senang seolah-olah menyambut kedatangan musim semi yang sejuk. Sesudahnya dia minta diulangi lagi, karena belum yakin akan bagus hasilnya. Tak lupa, dia juga meminta saya mengikuti gerakannya.

L”estate (musim panas) adalah giliran gadis yang kedua. Yang kedua ini agak seronok. Dia hendak membuka T.Shirt-nya, seolah-olah sedang kepanasan. Saya bilang: “Jangan terlalu tinggi!”.

Sesudah semua dipotret dengan gaya empat musim, saya minta gantian dipotret dengan kamera yang saya bawa. Dua orang gadis meloncat, menyediakan diri untuk berpotret bersama. Sesuai aturan, harus dipotret satu demi satu. Ketika yang pertama sudah berdiri di samping saya, siap berpose, juru potret berteriak: “Musim Pepaya!”. Kami semua tertawa sambil seolah-olah sedang mengukur besarnya pepaya…..!

Heri Kartono.

Sabtu, 23 Mei 2009

Laskar Pelangi, di KBRI


LASKAR IBU-IBU

Kemarin saya nonton film LASKAR PELANGI di KBRI untuk Italia. Ini yang pertama kalinya KBRI mengadakan acara “nonton bareng”. Sekurangnya, selama saya 6 tahun tinggal di Roma. Diumumkan di milis bahwa film akan dimulai jam 05.00 sore. Sayapun datang jam 16.45 bersama seorang teman. Rupanya baru satu-dua orang saja yang datang. Panitia masih menyiapkan alat-alat, termasuk “layar tancap”-nya. Katanya ada perubahan jadwal pemutaran, menjadi jam 06.00 sore. Akhirnya jam 18.30 film baru benar-benar diputar. Yang hadir, termasuk anak-anak sekitar 30-an orang.

Suasana nonton rame-rame sebetulnya menyenangkan, kekeluargaan. Apalagi makanan-minuman ringan juga mengalir terus: Kacang rebus, ba’wan, coklat, permen, dan air mineral. Gratis lagi.

Ada ibu-ibu yang rupanya pernah nonton atau baca bukunya (sebetulnya saya malah sudah baca ke-empat buku Andrea Hirata, termasuk baca The Phenomenon, ulasan Asrori S.Karni tentang Andrea dan buku Laskar Pelanginya!). Tapi, ibu-ibu nampaknya sulit untuk tidak memberi komentar. Malahan, kadang-kadang komentar ibu-ibu lebih ramai dari filmnya. Soalnya, sebelum adegan berikutnya muncul, penjelasan ibu-ibu sudah lebih dulu...

Seperti halnya jadul, pemutaran film di KBRI ini ada break-nya juga. Selama break, kami disuguhi batagor yang memang uenaak…atau mungkin juga lantaran perut lapar.

Sesudah break, Laskar Pelangi babak keduapun dilanjutkan. Dan komentar ibu-ibu juga berlanjut hingga selesai. Seandainya Andrea Hirata ikut nonton bareng, mungkin dia akan mendapat inspirasi untuk membuat novel berikutnya, dengan judul: Laskar Ibu-ibu…..

Heri Kartono.