Sabtu, 23 Mei 2009

Laskar Pelangi, di KBRI


LASKAR IBU-IBU

Kemarin saya nonton film LASKAR PELANGI di KBRI untuk Italia. Ini yang pertama kalinya KBRI mengadakan acara “nonton bareng”. Sekurangnya, selama saya 6 tahun tinggal di Roma. Diumumkan di milis bahwa film akan dimulai jam 05.00 sore. Sayapun datang jam 16.45 bersama seorang teman. Rupanya baru satu-dua orang saja yang datang. Panitia masih menyiapkan alat-alat, termasuk “layar tancap”-nya. Katanya ada perubahan jadwal pemutaran, menjadi jam 06.00 sore. Akhirnya jam 18.30 film baru benar-benar diputar. Yang hadir, termasuk anak-anak sekitar 30-an orang.

Suasana nonton rame-rame sebetulnya menyenangkan, kekeluargaan. Apalagi makanan-minuman ringan juga mengalir terus: Kacang rebus, ba’wan, coklat, permen, dan air mineral. Gratis lagi.

Ada ibu-ibu yang rupanya pernah nonton atau baca bukunya (sebetulnya saya malah sudah baca ke-empat buku Andrea Hirata, termasuk baca The Phenomenon, ulasan Asrori S.Karni tentang Andrea dan buku Laskar Pelanginya!). Tapi, ibu-ibu nampaknya sulit untuk tidak memberi komentar. Malahan, kadang-kadang komentar ibu-ibu lebih ramai dari filmnya. Soalnya, sebelum adegan berikutnya muncul, penjelasan ibu-ibu sudah lebih dulu...

Seperti halnya jadul, pemutaran film di KBRI ini ada break-nya juga. Selama break, kami disuguhi batagor yang memang uenaak…atau mungkin juga lantaran perut lapar.

Sesudah break, Laskar Pelangi babak keduapun dilanjutkan. Dan komentar ibu-ibu juga berlanjut hingga selesai. Seandainya Andrea Hirata ikut nonton bareng, mungkin dia akan mendapat inspirasi untuk membuat novel berikutnya, dengan judul: Laskar Ibu-ibu…..

Heri Kartono.

12 komentar:

Lucas Nasution mengatakan...

saya setengah jalan membaca buku laskar pelangi - berhenti karena merasa logika saya dilecehkan penulis masak anak2 ndeso Belito memainkan lagu owner of the lonely heartnya kelompok musik Yes - dibuku itu kelihatan pula ia rada ngawur karena menulis yes dengan dua "s" (jadi yess) - wah norak ah - jadi saya kehilangan simpati sama penulis ini - padahal bukunya terasa dimulai dengan apik - sayang

Rosiany T.Chandra mengatakan...

Kebayang deh senangnya nonton film indo di negeri orang,apalagi 'break' ditemani batagor,kacang rebus.Eh...iya ya,jadul kalau nonton di bioskop,ada 'break'nya,terus ada yg lewat jualan es krim gitu.Trus kalau 'pita film'nya belum nyampe dari bioskop lain,lampunya diidupin,lalu penonton akan tereak;"Huuuuu......."sambil garuk2 karna kursinya masih yg rotan tea.Wakakak.....

eds mengatakan...

huahahah..Romo, nonton bareng emang enakk, apalagi kalo ada hidangan nusantara gratis, mantabbb...dulu waktu kami di gent, kita lumayan sering nontong film bareng, nonton piala dunia juga pernah..seruuuu

Unknown mengatakan...

hauhauhauhauhuaa.... aku ingin batagor nya!!! biar kata ada break pas ntn, yg penting makanan mengalir terus khan? kalo pembagian makanan yg dikasih break, bisa2 bukan laskar ibu2 lagie, tapi mungkin laskar romo heri (yg mule berkomentar, tiada henti... hihihi ... :P)

Unknown mengatakan...

waduh asiiknya nonton bareng apalagi di temenin batagor,yang pastinya romo udah lama deh ngak makan makanan itu.
Coba yg nulisnya romo heri,aku pasti diajak main...hehe..mau deh...

Anonim mengatakan...

film garing gitu kog ditonton mo?aneh nya kog dipujapuji lagi...buku ke 4 jaga kacau suracau, entah apa yang mau dia ceritain. hoki si andrea aja bisa jadi best seller

tapi asik makan2nya ya mo? aku juga mau ah kalo makan2 mah

salam

Lucas Nasution mengatakan...

memang mengherankan bahwa buku macam ini bisa jadi best seller - apa bukan karena latah belaka ? saya jadi ingat komentar S Hawkings ttg buku best-seller nya (brief history of time) - dia bilang kebanyakan orang ndak tamat mbaca buku ini - hence mungkin saja buku serial pelangi ini jadi best seller lantaran latah
(semoga tidak, tapi kalau memang best seller karena orang mbaca habis - aku ya heran - apa tidak merasa di"hina akal sehatnya" oleh sang penulis?)

Heri Kartono mengatakan...

Sebagai novel, bagi saya sih menarik. Memang sih, dalam buku-buku Andrea, apalagi buku ke-4, Maryamah Karpov, banyak yang nggak masuk akal. Tapi kan namanya juga novel.
Seperti halnya buku Da Vinci Code, secara ilmiah, banyak fakta dan data yang ngawur; "Quasi Ilmiah", tapi sebagai buku novel, menarik sekali.

Tentang Film Laskar Pelangi, dibanding film2 Indonesia pada umumnya, yang banyak menonjolkan percintaan picisan atau lebih buruk lagi soal perdukunan atau persetanan, Laskar Pelangi jelas lebih baik.
Kata orang, "selera" tak bisa diperdebatkan.
Salam,
HK

Lucas Nasution mengatakan...

[quote] "selera" tak bisa diperdebatkan.[unquote]

bener juga - tapi aku suka mendengar ini [quote lagi] Memang sih, dalam buku-buku Andrea, apalagi buku ke-4, Maryamah Karpov, banyak yang nggak masuk akal [unquote]

hidup akal sehat !!

Unknown mengatakan...

Wah, Mo.... gimana perasaan dengan celotehan ibu2, apalagi mendahului adegan film ?

Hal yang selalu perlu saya ingat dalam dunia ku yang 'ibu-ibu'... he..he.. Comment tidak selalu baik, apalagi kalau waktu dan tempat tidak pas.

Saya tidak baca bukunya, tapi saya senang dengan filmnya. Khusus menonton dgn anak2, supaya mereka mempunyai pembanding film nasional dibanding film Disney yg selama ini jadi konsumsi utama.

Selain itu film ini membuat anak2 dan saya juga, untuk selalu ingat kembali ... fasilitas hanya tambahan. Yang utama motivasi, niat, tujuan.

Satu hal yang hebat dan menarik buat saya,adalah kemampuan anak2 yang n.b. bukan bintang film yang dipoles (seperti juga di Slumdog Millionarie).

triastuti mengatakan...

hahaha...saya tertarik sama laskar ibu-ibu itu lho,Mo, nggak seru banget sih nonton sesuatu udah diduluin penonton adegan berikut yang akan muncul, hihihi....ini Romo nulisnya mungkin sambil gemes ya sama ibu-ibu. Memang mgk kami para ibu-ibu harus banyak belajar menahan diri spy gak kebanyakan ngomong, hihihi...jadi tips buat Romo kalau mau nonton film yg asyik jangan ama ibu-ibu ya, karena buat para ibu bagian asyiknya nonton film itu mungkin malah kalau bisa saling mendahului menebak adegan apa yang akan muncul berikutnya, hahaha...berabe

Gumawang Jati mengatakan...

Perdebatan soal selera, rasa seni dan karya seni memang mempunyai banyak sudut pandang. Mata hati dan nurani setiap insan mempunyai ketajaman yang berbeda. Tapi kemiripan sebagai makluk Tuhan selalu ada.

kalau Laskar Pelangi disukai banyak orang itu memang benar, dan kalau ada segelintir yang tidak suka dan mencemoohkan itu juga boleh-boleh saja.

Selamat berkarya.