Pembentukan Karakter Perlu Waktu
JAKARTA - Pembentukan
karakter seseorang itu tidak dapat dilakukan secara instan, perlu waktu.
Demikian salah satu pernyataan dosen Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, Dr
Haryatmoko SJ, saat menjadi pembicara pada acara peluncuran dan bedah buku
Asyiknya Jadi Romo, di Gedung Karya Pastoral Paroki Helena, Tangerang, Minggu
(14/10).
Buku tersebut merupakan karya P Heri Kartono OSC.
Menurut Haryatmoko, dalam
buku tersebut, dikisahkan idola-idola Romo Heri Kartono. Menjadi panutan
berkarakter seperti itu tidak mudah, perlu perjuangan sejak muda, perlu
latihan-latihan langsung di tengah masyarakat untuk menempa diri.
Calon-calon
imam dikirim untuk bekerja sebagai upaya membentuk karakter. Buku itu terdiri
dari 91 cerita unik, lucu, menggelitik, inspiratif, dan menggugah. Orang-orang
yang diidolakan Heri antara lain ada di kisah nomor 33, 34, 38, 52, 53, dan 68.
Menurut Heri, buku itu semula hanya main-main di blog. Bahkan ceritanya secara
umum main-main saja, tapi banyak dibaca.
Tulisan di blog sudah 30.000 artikel
lebih. Ini sebagian dari tulisan-tulisan di blog tersebut.
Haryatmoko mengelompokkan
cerita-cerita ke dalam tema keluarga, pendidikan, melayani, imam yang ideal,
kepahlawanan, dan cerita orang lain. "Saya tiap malam malas tidur karena
membaca buku ini," ujar Haryatmoko.
Menurut dia, Heri merupakan pastor
yang dekat dan tidak ditakuti umat. Dia tidak otoriter. Dia selalu memiliki
solusi atas setiap masalah. "Beliau selalu tenang menghadapi
masalah," ujar dosen UI itu. Salah satu cerita lucu itu ialah saat Heri
mengajak temannya makan bakso. Temannya mau. Setelah selesai, keduanya
lirik-lirikan dan saling mengajak pulang.
Tapi tidak ada yang beranjak. Heri
memberi kode agar temannya membayar. Heri mengasumsikan temannya itu membawa
uang, maka dia mau ketika diajak makan bakso. Heri tidak membawa uang.
Terpaksalah temannya dijadikan borek. Dia sendiri cari pinjaman ke umat yang
tinggal di sekitar pangkalan bakso. "Pinjamnya pun sedikit berbohong. Katanya,
dompetnya hilang," ujar Haryatmoko disambut gelak tawa.
Heri menjelaskan Asyiknya
Jadi Romo berisi semacam "kronik" perjalanan hidup yang dibuat secara
khusus, lain dari yang lain. Banyak kisah yang lucu, segar, bahkan konyol. Ada
juga kisah yang mendebarkan, seperti saat dia ditolak menjadi pastor di Medan
serta mendapat 100 tanda tangan penolakan dari umat. Dia juga pernah didemo
sejumlah guru yang kalap.
Di antara mereka ada yang menggebrak meja. Pastor
kelahiran Cirebon ini bersama tamunya nyaris diserang orangutan di tengah hutan
Bahorok, Sumatra Utara. Dalam buku setebal 196 halaman ini, kita juga dapat
menikmati kisah-kisah inspiratif sebagaimana dituturkan tentang salah satu
sahabatnya, Richard Gleeson (Richard, What Do You Want me To Do?). wid/P-3
http://koran-jakarta.com/index.php/detail/view01/103111
Berita ini ada juga di Kompas, klik saja di bawah ini:
http://oase.kompas.com/read/2012/10/14/21243689/Pastor.Pasti.Manusia.Juga
http://koran-jakarta.com/index.php/detail/view01/103111
Berita ini ada juga di Kompas, klik saja di bawah ini:
http://oase.kompas.com/read/2012/10/14/21243689/Pastor.Pasti.Manusia.Juga