ISTRI ISTIMEWA
Saya mengenal Marina dan Mirko pada bulan Juli 1987 atau lebih duapuluh tahun yang lalu. Saat itu saya bekerja selama satu bulan di RSU Bassano del Grappa, Italia Utara. Mereka juga bekerja di Rumah Sakit yang sama: Marina sebagai perawat sementara Mirko pengemudi Ambulans. Mereka masih pacaran.
Tanggal 3 Oktober 1987, Marina menikah dengan Mirko. Sesudahnya mereka berbulan madu ke Indonesia. Sebenarnya mereka tergolong nekad karena keduanya tidak mengerti bahasa lain kecuali Italia. Marina masih lumayan, sedikit mengerti bahasa Inggris meski terpatah-patah. Selama satu bulan penuh, mereka berkeliling Jawa, Bali dan Sulawesi. Tak ketinggalan, mereka juga sengaja mampir ke Brebes, menengok orang tua saya.
Ada dua pengalaman yang mengesankan. Pertama adalah saat mereka naik pesawat dari Denpasar ke Ujung Pandang. Pada waktu boarding, Mirko melihat pintu cockpit terbuka lebar. Mirko berdiri di depan pintu selama beberapa saat. Ia memandang dengan kagum peralatan yang begitu rumit. Pilot dan co-pilot terlihat sedang bersiap-siap, mengecek peralatan satu demi satu.
Sesudah take-off beberapa menit, seorang pramugari mendekati Mirko. Pramugari berusaha menjelaskan sesuatu namun Mirko tidak mengerti. Marinapun mencoba membantu. Nampaknya pilot memanggil Mirko. “Apa yang kamu lakukan tadi?”, tanya Marina cemas. Mirko mengangkat bahu, merasa tidak melakukan kesalahan apapun juga. Mirko mengikuti pramugari dan tak pernah kembali selama perjalanan. Tentu saja Marina kebingungan. Ia bertanya pada setiap pramugari yang lewat namun semuanya hanya senyum-senyum tanpa memberi jawaban yang jelas.
Sesudah pesawat mendarat, Mirko muncul sambil cengar-cengir gembira. Rupanya, pak Pilot yang baik hati itu mengundang Mirko untuk duduk di dalam cockpit selama perjalanan…..
Di Ujungpandang Marina memiliki pengalaman lain yang tak terlupakan. Mereka bertemu seorang laki-laki ramah, berusia sekitar 40 tahun. Lelaki ini menawarkan diri untuk mengantar-antar. Marina dan Mirko menyambutnya dengan gembira. Pada beberapa tempat yang indah, mereka berfoto bersama. Tak ketinggalan, lelaki ini juga selalu minta ikut difoto. Setiap kali berfoto, tangannya memeluk Marina. Bagi Marina, orang Italia, hal ini tentu saja tidak menjadi masalah. Ia menganggapnya sebagai tanda keakraban. Hanya, ia memang sedikit heran. Karena, makin sering difoto, lelaki itu makin erat memeluknya.
Suatu saat, ketika Mirko berdiri agak jauh, lelaki nekad ini bertanya: “Mau jadi istri saya?”. Tentu saja Marina terkejut sekali mendapat pertanyaan tersebut. Dengan sabar Marina menjelaskan, sambil menunjuk Mirko, bahwa ia sudah bersuami. Dengan tenang pula laki-laki tak tahu malu ini berkata, bahwa itu bisa diatur. “Saya juga sudah punya 2 istri. Asal kamu mau, kamu akan saya jadikan istri yang ketiga. Saya berjanji kamu akan menjadi istri saya yang istimewa…….!”
Heri Kartono.
4 komentar:
Hua ha ha ha ha.....awalnya aku mengira wah...marina pasti seorang istri yang istimewa dan aku mau belajar ah...'to be one' juga.Eh..tak taunya endingnya sama sekali memang tak terduga 'istimewa'nya.ha ha ha.Trim ya Romo.Anda memang istimewa dalam menulis!
Kangennya membaca lagi tulisan Romo yang lucu-lucu dan asyik...jadi rupanya memeluk yang buat orang Italia adalah tanda persahabatan, buat orang Ujungpandang bisa jadi tanda mengajak kawin ya Romo, hahaha
kali ini gak ada komentar deh Mo...
abis, baru mau ngetik komentar kedua tangan ini gak bisa diem, karena sambil cekikian sendiri.
rasanya mau ngantemi tuh orang ujungpandang... biar kapok...
Romo, sama dengan ibu Rosiany saya ga mencari resep menjadi Istri Istimewa, tapi koq belum ada.. berarti ceritanya bisa dilanjutkan...
Yang pasti Romo sangat istimewa mengangkat kisah sehari-hari menjadi begitu detail dan menarik. Secara pribadi sy terbawa oleh pasangan muda yang begitu bersahaja dan memulai perjalanan hidupnya dengan berani mencoba hal-hal baru dan siap menemukan kejutan-2.
Ha..ha.. bagian terakhir rada ndak ueenakk nich... si oom tak tahu malu asal Ujung Pandang itu membuat saya jadi malu dikit menjadi anak kelahiran Makassar ... Tapi yakinlah di Ujung Pandang jauh lebih banyak yang bagus compare dengan sikap si oom satu itu...
Posting Komentar