Rabu, 20 Juni 2012

OMK St.Helena






                        RENDEZVOUS TIGA SEKSI

"Salut untuk panitia yang telah sukses menyelenggarakan acara besar Rendezvous ini", ujar Sr.Lina FdCC dari biara Canossa, Bintaro dengan nada kagum. Sebanyak 241 orang, termasuk 4 imam, 15 suster serta sejumlah pembina awam mengadakan acara Rendezvous (artinya kencan atau pertemuan) anak muda (15-17 Juni 2012). Acara yang melibatkan banyak pihak ini berlangsung di daerah pegunungan Ciwedey, Jawa Barat.

Rendezvous merupakan acara keroyokan tiga seksi paroki St.Helena, yaitu Seksi Kepemudaan, Seksi Liturgi serta Seksi Panggilan. Masing-masing seksi memiliki kepentingan: Seksi Kepemudaan bertujuan membina kaum muda; Seksi Liturgi membawahi Putera Altar dan Puteri Sakristi yang memiliki lebih dari 200 anggota; sementara Seksi Panggilan ingin mempromosikan kehidupan membiara kepada kaum remaja. "Tiga kepentingan yang berbeda dapat disatukan dalam satu paket kegiatan yang utuh dalam Rendezvous!", jelas Pst.Bobby OSC yang bertanggung jawab atas pembinaan kaum muda di paroki St.Helena.

Acaranya sendiri dikemas secara bervariasi. Dalam beberapa sessi, peserta dibagi-bagi dalam kelompok kecil sesuai usia mereka. Maklum, peserta ini mulai dari remaja cilik hingga anak muda dewasa. Ada outbond yang digemari, api unggun, pelatihan kedisiplinan serta pembekalan rohani. Lewat aneka kegiatan itu para peserta juga diajak untuk belajar bersosialisasi secara sehat dengan rekan-rekan sebaya.

Ibu Betsy, seorang pendamping awam merasa puas atas acara Rendezvous ini. "Dua anak saya yang ikut acara ini begitu senang dan tidak mau pulang. Mungkin mereka terbebas dari ocehan mamanya!", ujar Betsy berseloroh. Tidak jelas, apakah suaminya juga termasuk yang tidak mau pulang...

Heri Kartono, OSC (dimuat di Majalah HIDUP edisi 1 Juli 2012)

Senin, 18 Juni 2012

dr.Ervina Sagala





TIDAK KALAH MEMPRIHATINKAN!

Akhir-akhir ini Papua menjadi sorotan nasional. Banyak terjadi pembunuhan misterius. Keamanan dan kenyamanan di Papua mengkhawatirkan bagi banyak pihak. Begitulah berita-berita yang dibaca dokter Ervina Sagala belakangan ini. Dokter muda ini sedikit terheran-heran membaca semua itu. Pasalnya, pengalaman-nya selama bekerja di Papua aman-aman saja. Baru saja ia menyelesaikan tugas di kecamatan Muting, kabupaten Merauke sebagai dokter muda.

Dari sisi keamanan, di Muting tidak ada masalah. Namun, Ervina mengakui ada banyak masalah lain yang tidak kalah memprihatinkan. Di bidang kesehatan misalnya, ada sejumlah penyakit menjangkiti orang Papua, terutama penyakit kulit. “Penyakit kulit yang saya pikir hanya ada dalam buku, ternyata banyak terjadi di Papua!”, papar dokter yang ramah ini. Sarana dan prasarana masih amat menyedihkan. “Dari kecamatan Muting ke Merauke yang sebenarnya tidak terlalu jauh, dibutuhkan sekurangnya 6 jam dengan sepeda motor karena buruknya jalan”, tuturnya. Demikian halnya dengan penerangan. Listrik hanya disalurkan beberapa jam saja dalam sehari.

Masih ada yang mengusik hati gadis kelahiran Bandung ini. Masalah pendidikan. “Ada Sekolah Dasar, gurunya hanya satu. Sang guru ini pontang-panting mengajar dari kelas 1 hingga kelas 6 sendirian. Bisa dibayangkan mutu pendidikannya. Padahal, motivasi sekolah anak Papua juga amat kurang. Karenanya, tidak heran, siswa yang sudah duduk di bangku SMA di Papua terkadang masih kewalahan untuk membaca dengan benar!”, keluh Ervina. Entah sampai kapan Papua dapat menikmati kehidupan yang lebih baik. Masalah demi masalah saling terkait satu sama lain. “Semoga pemerintah pusat dan daerah sungguh memiliki niat dan tekad yang baik untuk memajukan tanah Papua”, katanya berharap.

Heri Kartono, OSC (dimuat di Majalah HIDUP, edisi 1 Juli 2012)