Senin, 20 Juni 2011

Exorcism


LANGSUNG PRAKTEK

Sebanyak 62 pastor dari Keuskupan Agung Jakarta, Bandung dan Bogor mengikuti pertemuan tentang Exorcisme. Pertemuan ini diadakan di Lembang (15-17 Juni 2011) dengan pembicara Pastor Jose Francisco C. Syquia bersama dua rekannya. Pastor Jose adalah direktur kantor Exorcism Keuskupan Agung Manila, Filipina. Menurut Jose, Exorcism adalah bagian dari pertobatan. Orang yang kerasukan Roh Jahat harus dibimbing agar kembali kepada Tuhan. Sebab, orang yang percaya pada Tuhan dengan segenap hatinya, tak akan bisa dirasuki roh manapun. Sementara dalam proses pelepasan atau pengusiran setan, focus kita adalah pada Tuhan Allah, bukan setan.

Hari Sabtu (18 Juni), saya kembali ke St.Helena. Malam hari, sekitar jam 22.00, HP saya berdering. Rupanya telpon dari ibu Iin yang tinggal di Cluster Taman Beverly Golf. Dengan suara gugup, bu Iin memberi tahu bahwa pembantunya kerasukan setan. Pembantu yang bernama Matilda Enita ini tinggal di salah satu Ruko Asia Millenium milik bu Iin. Ibu yang aktif di paroki ini meminta saya datang untuk menolong. Sayapun menyanggupinya sambil tidak tahu persis apa yang harus saya lakukan. Soalnya, buku Doa Exorcism pemberian Pst. Jose masih dalam bahasa Inggris. Buku itu tetap saya bawa bersama air suci, garam laut dan salib kecil. Semula doa dalam bahasa Inggris akan saya gunakan, namun tidak jadi. Saya khawatir setan-nya kurang berpendidikan… Pak Tjetje yang kebetulan sedang berada di pastoran, menawarkan diri ikut mendampingi saya.

Saat saya datang, Matilda yang kerasukan berada di ruang belakang. Ia dipegangi 4 orang, termasuk pak Asiong, suami ibu Iin yang berbadan besar. Matilda yang masih remaja ini kadang-kadang berteriak dengan suara keras, terkadang tertawa dan saat matanya terbuka, ia melotot dengan tatapan ganas.

Sambil berusaha tenang, saya mengeluarkan peralatan yang saya bawa. Kemudian saya mulai berdoa. Saya tidak tahu doa apa persisnya yang harus didoakan. Hanya, saya ingat pesan Pastor Jose: “Focus kita pada kuasa dan kebaikan Tuhan, bukan pada roh jahat. Ingat juga bahwa doa harus disampaikan dengan segenap hati, penuh percaya!”. Dengan sedikit ragu-ragu saya mulai berdoa. Doa saya akhiri dengan kata-kata (diucapkan dengan suara kurang meyakinkan): “Demi nama Tuhan Kita Yesus Kristus, aku perintahkan, keluarlah engkau dari tubuh anak ini!”. Tak lupa saya membuat tanda salib dengan salib kecil yang saya pegang. Ajaib. Remaja tadi langsung terdiam tenang. Sayapun bersorak dalam hati. Semua yang hadir ikut lega.

Saya terkagum-kagum sendiri dengan keampuhan doa pengusiran ini. Namun, baru 3 menit berlalu, tiba-tiba Matilda kembali menjerit-jerit dan tertawa terkekeh-kekeh seolah-olah mentertawakan saya. Antara bingung dan geram, saya mulai berdoa lagi. Kali ini mencoba lebih focus. Bersama semua yang hadir, saya berdoa Bapa Kami, Salam Maria dan tak lupa menyebut nama Malaikat Mikael, Gabriel serta santo-santo yang dahulu sering berperang melawan setan seperti Johanes Maria Vianney, Fransiskus Asisi, Padre Pio dan tentu saja Bunda Maria. Sesudah hampir satu jam, barulah remaja asal Kalimantan ini benar-benar sadar kembali. Saat membuka matanya, ia mengeluh sakit. Kamipun memberinya minum dan menenangkan dia. Jam 23.30 saya kembali ke pastoran dan langsung tidur kelelahan…

Heri Kartono, OSC