Minggu, 28 Maret 2010

Paroki Santa Helena KAJ


BELUM MANDI!

Pekan Suci adalah saat-saat paling sibuk untuk Gereja Katolik. Demikian juga dengan paroki Santa Helena, Lippo Karawaci. Panitia khusus dibentuk untuk mengatur segala sesuatu agar berjalan dengan baik. Tahun ini panitia Paskah dipercayakan pada Wilayah Medang-Teratai. Keamanan, kenyamanan dan ketertiban selama Pekan Suci direncanakan dengan baik. Selama Pekan Suci, kehadiran umat memang meningkat tajam.

Pekan Suci dimulai dengan upacara Minggu Palma. Umat datang sambil membawa daun palma. Yang tidak sempat membawa daun, dapat meminta pada petugas atau diam-diam memetik sendiri dari halaman gereja. Pokoknya dengan daun-daun palma ini, suasana menjadi berbeda, lebih semarak. Romo Surono OSC memimpin dua kali Misa sementara romo Heri OSC kebagian satu Misa saja.

Hari Sabtu sore biasanya gereja tidak terlalu penuh. Kali ini hampir seluruh sudut gereja terisi. Romo Surono OSC memimpin upacara dengan semangat. Mungkin saking semangatnya, saat berkeliling mereciki daun-daun palma, alat percikan yang mirip pembersih WC itu terlepas. Pemercik yang masih penuh air itu terbang tinggi dan menimpa seorang umat. Tentu saja umat yang malang ini terkejut sekali. Sambil mengeringkan wajahnya yang basah, ia berbisik pada kawan di sebelahnya: “Jangan-jangan romo mengira saya belum mandi!!”.

Heri Kartono,OSC

Minggu, 14 Maret 2010

Putera Altar & Puteri Sakristi St.Helena Curug.


TERMEHEK-MEHEK

Paroki St.Helena, Lippo Karawaci, kendati kecil namun memiliki lebih dari seratus Putera Altar (PA) dan Puteri Sakristi (PS). Peranan mereka dalam acara liturgi di Gereja tergolong penting, antara lain ikut menyemarakkan suasana. Misa dan ibadat menjadi lebih lancar dan meriah karena kehadiran para remaja ini. PA dan PS ini didampingi oleh pak Titus, ibu Patricia, ibu Josephine dan ibu Yenny.

Setiap minggu PA dan PS memiliki kegiatan di sekitar gereja. Pada hari Minggu (14-03-2010), seusai Misa pagi, para PA dan PS berlatih, menyiapkan diri untuk acara Paskah mendatang. Mereka berlatih dengan gaya remaja jaman sekarang, banyak diselingi senda-gurau.

Sekitar jam 12.00, seusai latihan, terjadi keributan di teras Gereja. Vera, salah satu anggota Puteri Sakristi, terlihat dikelilingi para pengurus PS dan dicaci-maki. Vera dianggap tidak menjalankan tugas dengan baik. Christy, ketua Puteri Sakristi, dengan suara keras dan wajah galak mengadili Vera. Beberapa pengurus PS ikut juga nimbrung menyalahkan Vera yang malang. Anggota PS yang lain, juga anggota PA ikut menonton dari jarak sekitar 10 meter.

Semakin lama suasana makin panas. Suara para pengurus PS makin tinggi dan cacian makin gencar. Verapun makin tertunduk lesu. Semula ia berusaha keras untuk tidak menangis, karena malu ditonton kawan-kawan yang lain. Namun akhirnya pertahanan Vera jebol juga. Vera mulai berlinangan air mata. Sejurus kemudian, Verapun menangis termehek-mehek.

Saya yang kebetulan lewat dan ikut menyaksikan adegan tsb tidak sampai hati. “Mustinya kelompok di lingkungan Gereja tidak boleh sekejam ini!”, pikir saya. Pada saat saya berniat untuk mencari Romo Surono, OSC (pastor pendamping PA/PS), tiba-tiba terjadi kegaduhan baru. Seorang Putera Altar yang membawa ember besar, menyiram Vera dari belakang. Pada saat yang sama semua bertepuk tangan sambil bernyanyi: “Happy Birthday....”. Rupanya hari itu Vera berulang tahun. Kawan-kawan merayakannya dengan cara istimewa! Vera yang basah kuyup terlihat masih menangis, namun ia juga sudah mulai bisa tertawa lebar karena mendapat ciuman mesra dari semua kawan-kawannya (Foto: Vera, kaos hijau, menangis sambil tertawa lebar..)

Heri Kartono,OSC

Rabu, 10 Maret 2010

Prodiakon Paroki St.Helena


SANDAL PRODIAKON…!

Para Prodiakon paroki St.Helena Lippo Karawaci beserta anak-istrinya berkumpul bersama di Padepokan Bukit Kehidupan, Bogor (26-27 Februari 2010). Semuanya berjumlah 52 orang. Acara utama adalah pembekalan yang dipandu oleh Rm. Hardo Suyatno MSF. Romo yang berbadan subur ini rupanya pandai juga melawak. Karenanya acara pembekalan terasa menyenangkan. Yang mengagumkan, Romo Hardo hafal seluruh ayat-ayat Kitab Suci yang diperlukan tanpa satu kalipun melihat catatan. Padahal, ayat Kitab Suci yang ia berikan lumayan banyak jumlahnya…

Selama para bapak dan ibu menyimak wejangan Rm.Hardo, anak-anak sibuk bermain dan belajar dibawah bimbingan ibu Margareth yang berprofesi sebagai guru. Dengan demikian bapak, ibu dan anak-anak semuanya mendapatkan sesuatu dari pertemuan dua hari tsb.

Saat pulang, sejumlah ibu mengajukan usul agar diberi waktu untuk belanja. “Supaya ada oleh-oleh yang bisa dibawa pulang!”, ujar ibu Iwan memberi alasan. Pak Benny Sugiarto yang bertugas sebagai koordinator, akhirnya mengalah. “Jangan lupa, waktunya hanya lima-belas menit. Kita memburu waktu!”, teriak pak Benny dengan mikrofon yang selalu dibawanya.

Rupanya yang berbelanja tidak hanya para ibu, bapak-bapak dan anak-anak juga tidak ketinggalan. Pak Yanuar yang semula tidak bermaksud belanja, akhirnya tertarik juga ketika melihat sandal bagus dengan harga miring. Saat ia asyik menawar, terdengar suara pak Benny dari atas Bus: “Ayo….masuk, waktunya sudah habis!”. Pak Yanuar, karena takut tertinggal Bus, langsung membeli sandal tsb.

Pada waktu Bus sudah berjalan, orang-orang saling menceriterakan apa yang dibelinya. Pak Yanuar yang merasa beruntung, juga berceritera dengan semangat pada istrinya. Sang istri memang duduk di sebelahnya. “Bisa saya lihat sandalnya pak?”, ujar sang istri panasaran. Dengan bangga, pak Yan mengeluarkan sandal barunya itu. Namun, ketika sandal itu dibukanya, pak Yan maupun istrinya terkejut sekali. Ternyata sandal itu……dua-duanya sebelah kiri!! Kontan seisi Bus tertawa terpingkal-pingkal ketika mengetahui sandal antik kebanggaan pak Yan itu!

Heri Kartono, OSC (Foto: Prodiakon Iwan bersama istri dan anak-anaknya. Foto koleksi Pak Beni Sugiarto).

Kamis, 04 Maret 2010

Heri Kartono (Ulang Tahun1)



HADIAH YANG MENGESANKAN

Ulang tahun selalu repot tapi menyenangkan. Jam 3.30 dinihari sudah dibangunkan bunyi telpon. Pst.Darno OSC yang memang sinting, menilpon dari Bandung. Sambil tertawa-tawa dia berkata: “Selamat ulang tahun ya!”. Saya jawab: “Terima kasih banyak, tapi ini jam berapa??”. Pst.Darno tidak menjawab tapi tertawa makin lebar.

Selesai Misa pagi saya diundang ibu Novi. Di rumahnya sudah berkumpul para pendamping Bina Iman anak-anak. Ibu-ibu muda yang baik hati ini sudah menyiapkan makanan dan minuman khusus dan tentu saja kado ulang tahun. Tak lupa kelompok kecil ini menyanyikan lagu Happy Birthday dengan iringan piano yang dimainkan Sylvi Sung. Sesudahnya saya diminta meniup lilin….

Jam 10.00 pagi saya kembali ke pastoran dan ternyata sudah ditunggu ibu-ibu lansia dibawah komando ibu Subrata. Para lansia ini telah menyiapkan pelbagai makanan, mulai dari masakan ala Italia sampai masakan tradisional. Para pastor dari paroki Santa Monika, BSD juga datang, ikut meramaikan suasana.

Sore hari acara masih berlanjut. Rombongan dari paroki tetangga, para romo St.Agustinus berdatangan untuk mengucapkan selamat dan mencicipi hidangan yang telah disediakan ibu-ibu WK. Puncak acara adalah “perayaan resmi” yang diselenggarakan oleh Dewan Paroki. Acara dimulai jam 19.30 dipimpin oleh bapak Beni Sugiarto.

Salah satu bagian dari acara ulang tahun adalah menerima kado. Pelbagai hadiah saya terima, mulai dari handuk, sepatu, patung malaikat, helm sepeda hingga bandeng presto! Namun hadiah yang paling mengesankan adalah seekor ayam jago. Kado istimewa ini kiriman dua sahabat dari Bandung. Ayam jago ini dimasukan dalam keranjang secara amat rapih bahkan dihias dengan pita merah yang manis. Saking rapihnya, keranjang hampir tertutup rapat. Akibatnya, ketika keranjang dibuka, ayam jago sudah amat lemas karena kepanasan dan sulit bernafas. Ayam yang sudah teler ini dimasukan ke kandang, diberi air dan beras. Namun ia memilih berbaring dengan mata setengah terpejam daripada makan dan minum. Keesokan harinya, ayam malang ini sudah terbujur kaku, mati……..!

Heri Kartono.